
3 Roket Serang Pangkalan Militer, Tentara AS Gegar Otak

Jakarta, CNBCIndonesia - Serangan roket terjadi di pangkalan militer pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) Erbil di Kurdistan, Irak Utara, Senin (15/4/2021). Seorang kontraktor sipil tewas sementara lima lainnya termasuk tentara AS terluka.
Serangan ini merupakan yang pertama kali terjadi di instalasi militer atau misi diplomatik Barat dalam dua bulan terakhir. Kejadian terjadi sekitar pukul 21.30 waktu setempat.
Melansir NBC, korban luka berasal terdiri dari empat warga AS dan satu warga Turki. Sementara korban meninggal dipastikan bukan warga negeri Paman Sam meski tak disebutkan detil.
Diketahui satu tentara AS juga jadi korban luka dalam serangan ini. Menurut pejabat AS, ia kini menderita gegar otak
"Kami marah dengan serangan roket hari ini di wilayah Kurdistan Irak," kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken, dikutip Selasa (16/2/2021).
"Kami menyampaikan belasungkawa kepada orang-orang terkasih dari kontraktor sipil yang tewas dalam serangan ini, dan kepada orang-orang Irak yang tidak bersalah dan keluarga mereka yang menderita tindakan kekerasan yang kejam ini."
Blinken mengaku sudah menghubungi Perdana Menteri Regional Kurdistan Masrour Barzani. Kurdistan adalah wilayah Irak yang memiliki otonomi khusus.
Melansir AFP, menteri pemerintahan Presiden AS Joe Biden itu juga meminta penyelidikan menyeluruh dilakukan. Ia menyebut harus ada yang bertanggung jawab.
"(AS) meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab," katanya.
Sementara itu pemerintah pusat Irak di Baghdad membentuk komite dengan pemerintah daerah Kurdistan. Mereka yakin roket ditembakkan dari area yang tak dikuasai Kurdi.
Sejumlah jurnalis asing menyebut ada beberapa kali serangan terdengar di arah Bandara Internasional Erbil, tempat pasukan koalisi dan AS berada. Kebakaran juga terlihat dari posisi mereka memantau.
Dikabarkan pula tiga roket menyerbu pangkalan tersebut. Sedangkan beberapa roket lain ditembak ke arah pemukiman warga.
Serangan itu diklaim oleh kelompok yang menamakan dirinya "Awliyaa al-Dam" atau "Penjaga Darah". Meski kelompok seperti ini kerap mengaku bertanggung jawab, pejabat keamanan AS dan Irak meyakini faksi pro-Iran terkemuka termasuk Kataeb Hezbollah dan Asaib Ahl al-Haq.
Sejak Irak menyatakan kemenangan melawan ISIS pada akhir 2017, pasukan koalisi telah dikurangi menjadi di bawah 3.500 tentara secara total. Di mana hanya ada 2.500 tentara AS.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 7 Roket Serang Baghdad, 4 Hantam Lingkungan Kedubes AS
