
Infeksi & Kematian Akibat Covid di RI Turun, Pertanda Baik?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam beberapa hari terakhir, tren kasus baru infeksi virus Corona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 di Tanah Air melandai. Tren angka kematian per hari pun ikut melandai.
Di awal Februari, rata-rata kasus infeksi Covid-19 harian dalam periode satu minggu (tujuh hari) di Indonesia mencapai 13 ribu orang. Namun dalam satu minggu kemudian tren pertambahan kasus menurun 15,4% menjadi di kisaran 11 ribu.
Jumlah kematian akibat Covid-19 per harinya juga tampak menurun. Jika pada 1 Februari lalu laporan kematian per hari mencapai lebih dari 300 orang, kini menjadi 212 orang per hari. Artinya tren kasus kematian turun 31,4% dalam sepekan.
Pemerintah terus berupaya untuk mengambil berbagai langkah intervensi guna terus menurunkan tingkat penularan Covid-19. Mulai awal Januari, Indonesia menutup diri dari Warga Negara Asing (WNA). Pemerintah juga memberlakukan pembatasan ketat yang kemudian disebut sebagai PPKM di Jawa-Bali sejak 14 Januari sampai sekarang.
Dianggap kurang efektif dalam menekan kasus infeksi Covid-19, pemerintah kembali membuat kebijakan baru. Kali ini namanya PPKM Mikro. Secara umum kebijakannya masih mirip dengan PPKM sebelumnya. Namun pengetatannya dilakukan sampai ke level rendah seperti di tingkat Rukun Tetangga (RT).
PPKM Mikro dilakukan di tujuh provinsi di Indonesia, tentunya dengan memperhatikan kondisi di setiap daerah. Berikut ini adalah wilayah yang terkena kebijakan PPKM Mikro:
- Banten: Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.
- DKI Jakarta: seluruh wilayah kota administratif
- Jawa Barat: Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cimahi, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Bandung Raya.
- Jawa Tengah: Semarang Raya, Banyumas Raya, dan Kota Surakarta.
- DIY: Kota Yogyakarta, Kabupateb Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Kulonprogo
- Jawa Timur: Surabaya Raya, Madiun Raya, dan Malang Raya.
- Bali: Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Tabanan, dan Kota Denpasar.
Pengetatan yang dilakukan pemerintah tercermin dari peningkatan stringency index yang diperoleh CNBC Indonesia dari data Our World in Data yang diinisiasi oleh Universitas Oxford. Kini angka stringency index di Indonesia sudah berada di 64,35 atau naik dari bulan November lalu yang masih berada di angka 50,5.
Angka yang semakin mendekati 100 menunjukkan bahwa kebijakan yang diterapkan semakin ketat.
Apabila dilihat secara sekilas setelah satu bulan pengetatan dilakukan, kasus infeksi harian Covid-19 dan kematian melandai, ini tentu saja menjadi berita baik. Namun memahami pandemi Covid-19 yang merebak di Indonesia dari dua indikator itu saja pastinya kurang lengkap.
Harus ada indikator lain untuk mendapatkan pemahaman komprehensif tentang perkembangan krisis kesehatan ini di dalam negeri. Indikator lain yang relevan untuk digunakan memahami perkembangan wabah di dalam negeri adalah laju reproduksi virus (Rt).
Nilai Rt yang lebih dari 1 mengindikasikan bahwa wabah masih sangat menular. Tren nilai Rt di dalam negeri terus melandai. Namun secara nasional angkanya masih di atas 1 yang berarti memiliki potensi transmisi yang tinggi.
Meski tren orang yang dites Covid-19 dalam satu tahun terakhir meningkat. Namun seringkali jumlah tes yang dilakukan cenderung inkonsisten dan fluktuatif. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin bahkan mengkritik cara tes yang dilakukan di Indonesia.
Menurutnya langkah testing yang selama ini dilakukan telah salah kaprah karena hanya mengetes orang-orang yang hendak bepergian, sehingga ujung-ujungnya orang-orang itu saja yang dites.
Jumlah tes harian sempat mencapai angka hampir 50 ribu orang per hari pada akhir Januari lalu. Namun belakangan jumlah tes juga menurun menjadi 40 ribu orang per hari. Pantas saja jumlah kasus positif juga menurun.
Padahal tingkat kasus positif yang melacak proporsi orang yang positif Covid-19 terhadap jumlah yang dites masih sangat tinggi. Tingkat kasus positif Covid-19 di Indonesia masih di atas 25% sejak awal Februari.
Tren tingkat kasus positif terus meningkat sejak akhir November lalu. Menurut standard WHO, suatu wilayah atau negara dikatakan aman ketika tingkat kasus positif berada di bawah angka 5% selama dua pekan berturut-turut.
Apabila melihat data ini, tentu saja Indonesia masih belum bisa dikatakan aman. Indonesia perlu untuk lebih menggeber tes Covid-19 seperti yang dilakukan India. Namun jika hal ini dilakukan Menkes sudah mewanti-wanti jika akan ada ledakan kasus. Publik diminta untuk tidak kaget.
Halaman Berikutnya --> Bagaimana Perkembangan Vaksinasi Covid-19 di Indonesia?