Internasional

LCS Tak Tenang-tenang, Biden Izinkan Operasi Rutin Militer AS

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
09 February 2021 07:46
In this photo provided by U.S. Navy,  an F/A-18E Super Hornet lands on the flight deck of the USS Ronald Reagan (CVN 76), as USS Nimitz (CVN 68) steams alongside in the South China Sea, Monday, July 6, 2020. China on Monday, July 6, accused the U.S. of flexing its military muscles in the South China Sea by conducting joint exercises with two U.S. aircraft carrier groups in the strategic waterway.(Mass Communication Specialist 2nd Class Samantha Jetzer/U.S. Navy via AP)
Foto: Sebuah F / A-18E Super Hornet mendarat di dek penerbangan USS Ronald Reagan (CVN 76), USS Nimitz (CVN 68) di Laut Cina Selatan, Senin (5/7/2020). (Mass Communication Specialist 2nd Class Samantha Jetzer/U.S. Navy via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di Laut China Selatan (LCS) antara Amerika Serikat (AS) dan China masih akan berlanjut. Presiden AS Joe Biden, seperti pendahulunya Donald Trump, masih bersikap sanggar ke negeri Xi Jinping.

Mengutip Sputnik operasi militer AS di LCS tak akan berubah. Bahkan Biden telah memberi lampu hijau bagi kapal perang AS yang dipimpin kapal induk USS Theodore Roosevelt memasuki laut kaya itu guna "operasi rutin".

Operasi itu disebut freedom of navigation (FONOP). Ini adalah misi resmi pertama di bawah kepresidenan lelaki 75 tahun itu, sejak memimpin AS 20 Januari lalu.

"USS John S. McCain menegaskan hak navigasi dan kebebasan di sekitar Kepulauan Paracel, sesuai dengan hukum internasional," tulis Sputnik merujuk pernyataan resmi militer di kapal perusak berpeluru kendali canggih itu, dikutip Selasa (8/2/2021).

Misi itu dengan tegas menyebut menentang pembatasan tidak sah China. Bukan hanya itu klaim lain yang dibuat Taiwan dan Vietnam juga ditentang AS.

Sebelumnya, di bawah pemerintahan Trump, AS meningkatkan jumlah kapal perang AS di LCS selama dua tahun terakhir. Setidaknya ada 19 operasi yang dilakukan, 2017 menurut penghitungan The Japan Times.

Beijing mengklaim sekitar 90% LCS, yang dilalui triliunan dolar dalam arus perdagangan setiap tahun. Tumpang tindih klaim wilayah terjadi antara China dengan Vietnam, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Brunei.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden Presiden AS, Laut China Selatan Terancam Perang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular