Ekonomi RI 2020 Diramal -2,1%, Nggak Jelek-jelek Amat Lho...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 February 2021 06:05
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan jalan layang Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis, (23/7/20). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan jalan layang Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis, (23/7/20). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak orang tentu ingin melupakan 2020. Namun kesan yang ditinggalkan 2020 begitu kuat, sehingga mustahil untuk move on dengan mudah.

Tahun penuh keprihatinan, itulah 2020. Penyebabnya adalah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang membuat dunia tidak boleh berleha-leha barang sejenak.

Bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China, virus corona menemukan jalan untuk menyebar ke penjuru dunia. Kini virus corona sudah 'membobol' lebih dari 200 negara dan teritori.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 3 Februari 2021 adalah 103.362.039 orang. Sejak awal tahun lalu, rata-rata jumlah pasien positif bertambah 261.015 orang setiap harinya.

Untuk menekan risiko penyebaran virus corona, berbagai negara di dunia mengedepankan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Warga diminta sebisa mungkin #dirumahaja, jangan bepergian kecuali untuk urusan mendesak. Berbagai tempat dan aktivitas yang bisa menimbulkan kerumunan diatur ketat, termasuk perkantoran, sekolah, pusat perbelanjaan, restoran, lokasi wisata, rumah ibadah, bandara, stasiun, terminal, dan sebagainya.

Dari sinilah pandemi yang merupakan fenomena kesehatan dan kemanusiaan berubah menjadi krisis sosial-ekonomi. Saat orang-orang #dirumahaja, praktis roda ekonomi tidak berputar. Pabrik dan perkantoran kekurangan pegawai sehingga produksi di bawah kapasitas, sementara konsumen yang 'terpenjara' tidak bisa makan di restoran, ngopi-ngopi cantik, pelesiran ke tempat-tempat instagramable, karaoke, dan lain-lain.

Ini membuat ekonomi terpukul dari dua sisi sekaligus, supply dan demand. Ekonomi dunia jatuh ke 'jurang' resesi untuk kali pertama sejak 2009.

Indonesia pun tidak imun dari virus corona. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kasus corona perdana di Tanah Air pada awal Maret 2020. Selepas itu, jumlah pasien terus bertambah.

Per 3 Februari 2021, jumlah pasien positif corona di Indonesia adalah 1.111.671 orang. Bertambah 11.984 orang dibandingkan sehari sebelumnya. Sejak virus corona mulai mewabah, rata-rata pasien baru bertambah 3.279 orang per hari.

Indonesia juga menerapkan social distancing yang dalam kearifan lokal diberi nama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan ada pula Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Intinya sama, aktivitas dan moblitas masyarakat dibatasi.

Dampak ekonomi dari social distancing begitu terasa. Ekonomi yang 'mati suri' membuat Indonesia mengalami resesi untuk kali pertama dalam lebih dari 20 tahun.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air masih akan dihiasi oleh angka negatif. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 terhadap kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ) diperkirakan -0,395%.

Kemudian pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) diperkirakan -2,145%. Kontraksi (pertumbuhan negatif) PDB selama dua kuartal atau lebih secara beruntun adalah definisi dari resesi.

Indonesia kemungkinan mengalami kontraksi ekonomi dalam tiga kuartal beruntun. Resesi belum mau pergi, Indonesia belum lulus dari ujian.

Sementara pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 diperkirakan -2,1%. Kalau terwujud, maka akan menjadi pencapaian terburuk sejak 1998, saat Indonesia sedang bergulat dengan krisis multi-dimensi yang menjadi pemicu tumbangnya rezim Orde Baru yang berkuasa selama lebih dari tiga dekade.

Institusi

Pertumbuhan Ekonomi Q IV-2020 (%QtQ)

Pertumbuhan Ekonomi Q IV-2020 (%YoY)

Pertumbuhan Ekonomi 2020 (%YoY)

Pertumbuhan Ekonomi 2021 (%YoY)

CIMB Niaga

-1.14

-2.9

-2.3

-

Bank Danamon

0.76

-1.04

-1.78

3.46

Mirae Asset

0.03

-1.75

-1.96

4.15

ING

-

-2

-

-

Maybank Indonesia

-0.52

-2.29

-2.1

4.4

Citi

1.2

-0.6

-

-

BNI Sekuritas

-0.27

-1.83

-1.92

3.52

Moody's Analytics

1.6

-3.1

-2.2

-

Bank Permata

-0.73

-2.5

-2.15

-

Standard Chartered

-1.68

-0.64

-1.68

-

BCA

-

-2.7

-

-

Bank Mandiri

-0.94

-2.71

-2.2

4.43

MEDIAN

-0.395

-2.145

-2.1

4.15

Namun Indonesia tidak sendiri. China menjadi satu-satunya negara besar yang mampu membukukan pertumbuhan ekonomi positif pada 2020. Sisanya tidak selamat.

Bahkan kalau betul ekonomi Indonesia pada 2020 terkontraksi di kisaran 2%, maka itu tidak jelek-jelek amat. Dibandingkan negara-negara Eropa, kontraksi 2% tidak ada apa-apanya. 

Namun bukan berarti kita boleh puas. Bagaimana pun 2020 adalah masa lalu, yang penting adalah bagaimana ke depan. Jangan sampai hari esok sama saja dengan hari ini, apalagi lebih buruk. 

Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus terus bekerja keras untuk sebisa mungkin memutus mata rantai pandemi. Pemerintah harus mempercepat vaksinasi agar semakin banyak orang yang memiliki kekebalan terhadap virus corona. Tidak lupa pula terus menggejot 3 T (testing, tracing, treatment).

Sementara masyarakat punya tugas untuk menjaga protokol kesehatan dengan melaksanakan 3 M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan). Hanya dengan ini pandemi bisa diakhiri dan ekonomi bisa 'berlari' lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular