38% PDAM Sakit, RI Butuh Rp143 T untuk Air Bersih Hingga 2024

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
01 February 2021 14:22
Pekerja mengolah saringan air di pengolahan Air Limbah (IPAL) PAL-Adrich Tech System di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat (25/5). PAL-Adrich Tech System merupakan mesin yang mengolah air limbah tinja menjadi air bersih.  Penemuan itu diciptakan oleh dua orang warga Indonesia asal Sumatera Barat Andrian dan Chairunnas (Andrich). Kepala Sub IPLT Duri Kosambi Rommel Benny Sitompul mengatakan mesin yang dibawah naungan PD PAL Jaya ini air limbah tinja hanya perlu diproses 30 menit dan siap untuk dikonsumsi sebagai air bersih. Kendati bisa dikonsumsi namun untuk saat ini lebih tepat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan menyiram tanaman kota belum bisa untuk diminum secara langsung.  IPLT Duri Kosambi ini dalam sehari mengolah 80 meter kubik limbah dari 150 meter kubik limbah yang masuk ke IPLT Duri Kosambi setiap hari dengan sebanyak 100 truk pengangkut limbah.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menargetkan pembangunan saluran rumah tangga untuk air bersih 10 juta unit di Indonesia sampai 2024. Anggaran yang dibutuhkan untuk mengejar target itu Rp 143 triliun.

Tapi, dana yang disediakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya sekitar 26% atau Rp 37 triliun hingga 2024.

Direktur Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Yudha Mediawan mengatakan ada kesenjangan pendanaan sekitar Rp 106 triliun, dimana harus dipenuhi dari pembiayaan alternatif.

"Itu kolaborasi APBD, DAK, KPBU, Pinjaman Perbankan, dan lainnya," mengutip keterangan resmi, Senin (1/2).

Yang saat ini sedang banyak didorong adalah dengan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) untuk mendapatkan pendanaan pembangunan saluran rumah dan infrastruktur air minum. Dana alokasi Khusus (DAK) juga sudah dialokasikan untuk keperluan konstruksi sistem penyediaan air minum.

PDAM juga sudah dapat melakukan kredit investasi dari sektor perbankan. "PDAM juga dapat memperoleh pendanaan dari kegiatan corporate social responsibilities (CSR) badan usaha di sekitar tiap PDAM," katanya.

Sedangkan untuk PDAM yang dikategorikan sehat, Yudha menjelaskan dapat juga menggunakan skema business to business, dimana PDAM bekerja sama dengan PDAM lainnya.

"PDAM yang sudah sehat dapat membantu menangani di luar wilayah kerjanya," katanya.

Kinerja BUMD Air Minum berdasarkan Buku kerja tahun 2020, tercatat dari 387 BUMD air minum yang dinilai terdapat 239 (62%) BUMD yang berkinerja sehat, dan ada 148 (38%) BUMD yang kurang sehat hingga sakit.

Penilaian kinerja dilakukan terhadap 18 indikator yang terbagi menjadi 4 aspek yakni keuangan, pelayanan, operasional, dan sumber daya manusia.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sederet Inovasi Ini Diperlukan Genjot Akses Air Bersih di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular