Luhut: Tidak Usah Impor Komoditas Pangan Lagi, Yakin Pak?

Sandi Ferry, CNBC Indonesia
28 January 2021 11:45
Luhut Binsar Pandjaitan. Dok: Tangkapan layar CNBC Indonesia TV
Foto: Luhut Binsar Pandjaitan. Dok: Tangkapan layar CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim proyek food estate adalah momen untuk memodernisasi pertanian.

Demi mencapainya, ada tiga pengungkit utama, yaitu bibit, pupuk, serta alat dan mesin pertanian (alsintan). Teknologi alsintan seperti drone, water drip irrigation, dan transplanter diharapkan bisa mendukung pertanian modern yang lebih terintegrasi.

"Sebutlah kita punya lahan 7,5 juta hektar. Alsintan cukup kita masifkan separuhnya saja. Bayangkan, berapa peningkatan produktivitas yang bisa kita hasilkan. Jangan impor-impor lagi. Kita bahkan bisa ekspor," sebutnya dalam keterangan resmi, seperti dikutip Kamis (28/01/2021).

Ungkapan Luhut untuk tidak impor lagi nyatanya sulit terjadi saat ini. Faktanya, Indonesia masih sangat bergantung pada komoditas pangan impor, salah satu yang paling terasa saat ini adalah kedelai dimana jumlah impor per tahun bisa mencapai 3 juta ton.

Selain itu, daging sapi pun demikian, Indonesia masih bergantung pada sapi Australia. Ketika stoknya menipis, harganya melambung tinggi. Tidak ketinggalan bawang putih dari China, gula dari India dan lain sebagainya.

Demi mencapai titik di mana Indonesia bisa mengandalkan kakinya sendiri untuk bisa hidup memang tidak mudah, apalagi jika menargetkan swasembada pangan sejak beberapa puluh tahun silam.

Namun, Indonesia tetap perlu bersiap dengan pengembangan pangan, cara pemerintah kini yaitu melalui pengembangan food estate. Luhut menilai perlu persiapan teknis, selain alat dan mesin pertanian, perlu juga pengembangan varietas benih unggul serta distribusi pupuk sehingga bisa tepat sasaran.

"Tidak ada yang bisa dikerjakan sendiri. Kita harus bekerja sama dalam mewujudkan pertanian modern," ungkap Luhut.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutkan bahwa peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) juga perlu diberikan akses untuk terlibat dalam pengembangan setiap tahapan pembangunan pertanian, dari hulu hingga ke hilir.

"Kita bisa siapkan (teknologi) itu, saya yakin sekali. Saya dan kawan-kawan siap kerja di lapangan," sebut Syahrul.

Ia mengklaim sedang fokus dalam meningkatkan penggunaan alsintan oleh petani di lapangan. Apalagi, imbuhnya, mekanisasi pertanian memang dipercaya dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan produksi.

"Penggunaan alsintan bisa menekan angka losses (susut hasil) hingga di bawah 3%- 5%. Kalau kita mau tingkatkan produktivitas berbagai komoditas strategis kita, mulai dari padi, kedelai, hingga gula, maka mekanisasi pertanian harus menjadi bagian penting dari program kita," terang Syahrul.

Berdasarkan data kajian Kementan, mekanisasi terbukti dapat mengurangi susut dan meningkatkan mutu hasil pertanian. Misalnya, susut hasil panen padi secara manual sebesar kurang lebih 9,4%. Tapi penggunaan alsintan mengurangi menjadi berada di kisaran 3%.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perkuat Pertanian Saat Pandemi, Mentan Geber Korporasi Petani

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular