
Waspada! Level BOR RS di RI Sudah 63,6%, Standar WHO 60%

Jakarta, CNBC Indonesia - Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit di Indonesia hingga saat ini sudah mencapai 63,66%. Bahkan angka tersebut lebih tinggi jika dilihat per kota seperti Jakarta dan Banten yang lebih dari 80%. Padahal standar WHO sebesar 60%.
Sebagaimana diketahui, angka tersebut merupakan dampak dari kasus terkonfirmasi positif Covid-19 yang terus meningkat. Hingga saat ini totalnya sudah mencapai 1,01 juta kasus di seluruh Indonesia.
Guna mengatasi situasi tersebut, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengizinkan seluruh RS di Indonesia, termasuk RS swasta untuk membuka layanan pasien Covid-19 sejauh memenuhi standar Kemenkes dan memiliki sarana dan fasilitas memadai. Sampai saat ini tercatat lebih dari 1.600 rumah sakit yang membuka layanan bagi pasien Covid-19.
"Khususnya di RS yang berada di zona merah, diinstruksikan untuk menambah atau mengalihfungsikan tempat tidur minimal 40% untuk ruang isolasi pasien Covid-19 dan 25% untuk ruang ICU. Untuk RS yang berada di zona kuning, diinstruksikan mengalih fungsikan tempat tidur sebanyak 30% dan ICU 20%. Untuk zona hijau, diharapkan mengalih fungsikan 25% dan penambahan ICU 15%," ujar Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Abdul Kadir mengutip keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (27/1/2021).
Abdul juga mengatakan, kenaikan kapasitas perlu dilakukan seiring peningkatan pasien pascalibur Natal dan tahun baru. Oleh karena itu, pemerintah menganjurkan agar semua rumah sakit sedapat mungkin mengantisipasi hal ini untuk memberikan layanan terbaik bagi masyarakat.
Efektivitas kebijakan ini, lanjutnya, secara umum menambah kapasitas dan kapabilitas rumah sakit di seluruh Indonesia.
"Rumah sakit di bawah Kemenkes terjadi penambahan hampir 2.000 tempat tidur, atau peningkatan tempat tidur pasien Covid-19 dari 17% menjadi 38% dari semua rumah sakit tersebut," imbuhnya.
Meski begitu, Abdul mengatakan penambahan kapasitas ini tidak permanen. Sebab dia berharap dalam waktu paling lama satu bulan akan terjadi penurunan jumlah kasus positif Covid-19 usai lonjakan di awal tahun ini.
Selanjutnya, Pertamedika selaku perusahaan induk RS BUMN sudah mempelajari situasi perkembangan kasus Covid-19 ini sejak Maret 2020. Untuk itu, Pertamedika melakukan antisipasi dengan membuat permodelan.
"Antisipasi yang dilakukan Pertamedika adalah membuat permodelan setiap tiga bulan sekali, mulai dari penambahan tempat tidur dan penambahan ICU. Sehingga sejak November 2020 kita sudah memodelkan penambahan hingga Januari 2021 ini," ujar Direktur Utama Pertamedika Fathema Djan Rachmat.
Sejak Maret 2020, RS di bawah Pertamedika telah mengalih fungsikan 30% tempat tidur untuk pasien Covid-19. Tak hanya itu, ketersediaan ICU juga bertambah 25%.
"Jadi sekarang ini kami mengoperasionalkan lebih dari 3.450 ruangan isolasi pasien Covid-19 dan dan ICU Covid-19 sebanyak 512," katanya.
Pertamedika juga bekerja sama dengan RS baru yang memiliki kapasitas namun belum beroperasional sepenuhnya dalam menangani pasien Covid-19. Contohnya kerja sama dengan RS Universitas Krida yang memberikan kontribusi penambahan 240 tempat tidur, ditambah 1.100 tempat tidur, safe house dan hotel yang dikelola untuk kasus ringan dan OTG. Adapun sejauh ini kewajiban Kemenkes kepada RS juga berjalan lancar.
Kembali ke pernyataan Prof. Abdul Kadir, dia mencatat terkait nominal pembayaran yang dilakukan Kemenkes. "Pembayaran Kemenkes sudah berjalan lancar, sejauh ini kita sudah melakukan pembayaran hampir Rp 15 triliun kepada 1.683 rumah sakit," imbuhnya.
Hal ini juga dibenarkan Fathema. Secara umum, pembayaran Kemenkes dan verifikasi BPJS Kesehatan lancar. Tercatat sebanyak 50% biaya perawatan di depan oleh Kemenkes pada rumah sakit dilakukan dengan sangat baik.
Fathema optimistis sepanjang 2021, Indonesia berkesempatan pulih dengan cepat karena program vaksinasi sudah dilakukan. Hal ini ditambah 3M dan 3T sehingga diharapkan bisa memutus pandemi.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alert! Covid RI Naik 100% Usai Lebaran, RS Antisipasi Kolaps