Uni Eropa Blak-Blakan Trump Saat Pimpin AS Bikin 'Rusak'

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
26 January 2021 20:32
President Donald Trump and first lady Melania Trump walk from the White House to board Marine One on the South Lawn, Wednesday, Jan. 20, 2021, in Washington. Trump is en route to his Mar-a-Lago Florida Resort. (AP Photo/Alex Brandon)
Foto: Donald Trump dan Melania Trump tinggalkan Gedung Putih menjelang upacara pelantikan Presiden terpilih Joe Biden, Rabu, 20 Januari 2021, di Washington. (AP Photo/Alex Brandon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Uni Eropa (UE) Ursula von der Leyen mengatakan bahwa pemimpin dunia sangat khawatir dengan rusaknya demokrasi oleh kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam empat tahun terakhir.

Melansir CNBC International, ia menyatakan bahwa sanksi-sanksi yang diterapkan sebagai bentuk isolasi ekonomi dari dunia internasional sebagai wujud kerusakan demokrasi.

"Setahun yang lalu, pembicaraan bilateral saya terutama berkisar pada pertanyaan: Apakah pemerintah AS akan memberlakukan tarif hukuman pada pembuat mobil Eropa? Hari ini, setahun kemudian, kami mengkhawatirkan apakah demokrasi itu sendiri mungkin telah rusak secara permanen dalam empat tahun terakhir, "kata von der Leyen dalam pidatonya di KTT World Economic Forum (WEF).

Gambar-gambar kerusuhan di Capitol AS, jantung badan pembuat kebijakan AS, pada awal Januari mengejutkan para pemimpin Eropa, dan menghidupkan kembali diskusi tentang peran media sosial dalam penyebaran disinformasi dan potensi kerusuhan politik.

"Seperti kebanyakan dari kita, badai di Capitol mengejutkanku. Kami selalu cepat mengatakan: Demokrasi dan nilai-nilai, itu adalah bagian dari DNA kami. Dan itu benar. Tapi kita harus memelihara demokrasi kita setiap hari, dan mempertahankan institusi kita dari kekuatan korosif dari ujaran kebencian, disinformasi, berita palsu dan hasutan untuk melakukan kekerasan, "kata von der Leyen.

Dalam insiden Capitol itu Twitter dan perusahaan digital lainnya memutuskan untuk melarang atau memberlakukan pembekuan kepada akun mantan presiden itu setelah penyerbuan terjadi dengan alasan untuk menghindari "risiko hasutan lebih lanjut untuk kekerasan."

Sementara itu untuk memperkuat hal ini UE memiliki undang-undang (UU) baru yang akan memberlakukan kontrol yang lebih ketat pada perusahaan digital, seperti Twitter dan Facebook. UU yang berlaku dua tahun ini dapat meminta perusahaan-perusahaan ini untuk mengungkap algoritme mereka. Sebelumnya ini merupakan sesuatu yang telah mereka tolak selama bertahun-tahun karena dapat membahayakan model bisnis mereka.

"Model bisnis platform online berdampak tidak hanya pada persaingan yang bebas dan adil, tetapi juga pada demokrasi kita, keamanan kita, dan kualitas informasi kita. Itulah mengapa kami perlu menahan kekuatan besar dari perusahaan digital besar ini, "kata von der Leyen.

Wanita asal Jerman ini juga meminta administrasi AS yang baru untuk bekerja dengan UE mengenai regulasi teknologi. Berbicara kepada CNBC pekan lalu, von der Leyen mengaku bahwa Presiden Joe Biden dan Uni Eropa "berada di halaman yang sama" dalam hal mengatur raksasa teknologi.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dari Data Terbaru Ini Eropa Tak Baik-Baik Saja di 2024, Berani Baca?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular