
Produk RI Bikin Malaysia Khawatir, Ternyata Ini Rahasianya

Jakarta, CNBC Indonesia - Produk keramik Indonesia sempat bakal 'diadang' Pemerintah Malaysia lewat safeguard, namun akhirnya gagal. Wajar jika negara tetangga itu panik, karena komoditas itu menjadi unggulan di Malaysia karena memiliki keunggulan telak. Salah satu yang menjadi alasan terkuat karena Indonesia memiliki bahan baku melimpah.
"Kalau bahan baku silika kita nomor 1 di seluruh dunia. Lihat Asahi Glass. Dia ekspor juga ke Chile Amerika Latin. Kaca-kaca mobil domestik udah bisa bikin, kan keramik juga itu," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno kepada CNBC Indonesia, Selasa (26/1/21).
Meski memiliki potensi besar dari sumber daya alam (SDA), namun itu perlu mendapat dukungan dari segi kebijakan. Jangan sampai fasilitas yang ada justru kontradiktif dan tidak mendukung industri ini. Salah satunya dalam hal pemberian harga gas murah yang belum merata di setiap pabrikan.
"Keramik kita punya bahan baku, cuma harga gasnya baru diberikan sesuai keekonomian dan sesuai dengan permintaan industri keramik USD 6 per mmbtu kan baru saja, sebelumnya ada yang USD 9 per mmbtu, USD 1 per mmbtu. Kita kalah di situ," katanya.
Setelah pabrikan merasakan fasilitas harga gas murah itu secara merata, maka industri secara keseluruhan bisa bersaing.
"Iya keramik kita lebih unggul daripada Malaysia. Kalau volume lebih banyak dari mereka karena domestik kita kan pasarnya besar. Arwana Citramulia, Mulia Ceramics itu gede-gede semua. Apalagi sekarang gasnya dimurahin itu lebih kompetitif dan kualitas produknya lebih baik," jelasnya.
Volumen keramik Indonesia memang besar, namun Utilisasi industri keramik sempat menurun menjadi 30 persen pada kuartal II-2020, namun mulai beranjak naik hingga 60 persen di kuartal III.
"Tahun 2021, kami memproyeksi utilisasi kapasitas produksi berkisar di level 74-75 persen, meningkat dibanding tahun 2020 yang sebesar 56 persen dan tahun 2019 sebesar 65 persen," kata Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto dalam keterangan resmi Kemenperin, Senin (26/1).
Prospek industri ini yang membuat Malaysia khawatir. Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia (MITI) sempat melakukan penyelidikan tindakan pengamanan (safeguard) atas produk keramik (ceramic floor and wall tiles), meski akhirnya menghentkan penyelidikan tersebut pada 11 Januari 2021. Produk keramik Indonesia sudah bikin resah industri keramik dalam negeri Malaysia karena sangat bersaing di pasar.
Produk keramik yang terbebas dari pengenaan safeguard tersebut ada dalam kelompok pos tarif/HS code 6907.21.21, 6907.21.23, 6907.21.91, 6907.21.93, 6907.22.11, 6907.22.13, 6907.22.91, 6907.22.93, 6907.23.11, 6907.23.13, 6907.23.91, dan 6907.23.93.
"Penyelidikan safeguard ini dihentikan hanya empat bulan setelah dimulai pada 13 September 2020. Otoritas Malaysia memutuskan menghentikan penyelidikan ini atas tiga pertimbangan," kata Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produk RI Bikin Resah Malaysia, Akhirnya Gagal Dihambat!