Menuju 1 Juta Kasus, Covid-19 di RI Makin Tak Terkendali

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
25 January 2021 14:08
Petugas membawa peti jenazah yang akan dimakamkan dengan protokol COVID-19 di area khusus TPU Srengseng Sawah, Jakarta, Jumat (15/1/2021). TPU Srengseng Sawah mulai menerima pemakaman jenazah dengan protokol COVID-19 sejak Selasa (12/1) lalu. Menurut petugas makam dalam tiga hari terakhir sudah 164 jenazah Covid-19 yang dikubur di TPU tersebut. Lahan pemakaman di Pondok Rangon dan Tegal Alur yang saat ini menjadi lahan pemakaman pasien Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) yang hampir penuh. Meski untuk jenazah pasien Covid 19, jenazah non Covid-19 masih bisa digunakan untuk pemakaman. Pantauan CNBC Indonesia sampai pukul 14.00 wib sudah 20 jenazah yang dimakamkan, dan kemungkinan akan bertambah lagi. Ada empat TPU di wilayah Jakarta yang digunakan untuk memakamkan jenazah pasien Covid-19, yakni TPU Tegal Alur di Jakarta Barat, TPU Pondok Ranggon di Jakarta Timur, TPU Rorotan di Jakarta Utara, dan TPU Srengseng Sawah. Dikutip dari CNN Indonesia pada Kamis, 14/1, Kepala Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Selatan Winarto mengatakan, lahan di TPU Srengseng Sawah digunakan untuk memakamkan jenazah Covid-19 muslim. Dalam menangani krisis lahan pemakaman ini, pihak TPU Pondok Ranggon maupun TPU Tegal Alur juga menerapkan makam tumpang. Namun, mekanisme tersebut harus mendapat izin pihak keluarga. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Pemakaman jenazah korban covid-19 di TPU Srengseng Sawah, Jakarta. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia- Kasus Covid-19 di tanah air semakin mendekati angka psikologis 1 juta kasus. Sepanjang Januari 2021, penambahan kasus Covid-19 semakin melonjak karena adanya peningkatan testing dan penularan yang tinggi di masyarakat. Berdasarkan catatan Satgas Penanganan Covid-19, hingga 24 Januari 2021 penambahan kasus sebanyak 246.084 kasus atau rata-rata penambahannya di atas 10.000 kasus baru per hari.

Lonjakan kasus mulai terlihat, sepekan setelah libur tahun baru dan dua pekan setelah libur natal 2020 dengan penambahan 10.617 kasus. Setelah itu, selama empat hari berturut-turut telah menembus rekor mulai 13 Januari hingga 16 Januari, masing-masing bertambah 11.278 kasus, 11.557 kasus, 12.818 kasus, dan 14.224 kasus.

Setelahnya, penambahan kasus harian selalu di atas 10.000 kecuali di awal pekan. Selain penambahan kasus yang tinggi, pada Minggu (24/01/2021), Indonesia mencatatkan positivity rate atau rasio positif Covid-19 yang semakin tinggi dengan persentase 33,24%. Angka tersebut melampaui rekor positivity rate pekan sebelumnya sebesar 32,82% pada Minggu (17/1/2021).

Positivity rate per Minggu (24/1/2021) itu didapat dari penambahan kasus positif Covid-19 sebesar 11.788 dibagi jumlah pemeriksaan harian yang dilakukan terhadap 35.456 orang, kemudian dikali 100.

"(Kasus positif) Bertambah 11.287, total 907.929," dikutip dari data Satgas Penanganan Covid-19, Minggu (24/1/2021).

Rasio 33,24% itu mencapai enam kali lipat dari angka 5% ambang batas minimal positivity rate yang ditetapkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Meski demikian secara kumulatif positivity rate di Indonesia tercatat 16,9%.

Demi menekan penambahan kasus dan penyebaran di masyarakat, saat ini pemerintah melakukan intervensi pembatasan mobilitas melalui PPKM. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan dibutuhkan waktu agar pembatasan menunjukan hasilnya. Selain itu, penyebab dari virus ini pun menyebar lebih cepat dibandingkan intervensi yang dilakukan melalui pembatasan.

Dari hasil PSBB Ketat di DKI Jakarta pada September memberikan pembelajaran bahwa dampak dari intervensi baru akan muncul pada minggu ketiga pelaksanaannya. Sementara kejadian yang memicu penularan seperti libur panjang akan lebih cepat terlihat yakni dalam 7-10 hari.

"Jadi pelaksanaan intervensi seperti PPKM butuh waktu sampai terlihat dampaknya, evaluasi dari minggu pelaksanaan belum menunjukkan hasil yang signifikan. Pelaksanaan intervensi ini butuh perpanjangan waktu agar bisa lebih efektif dan membuat situasi ke arah baik," kata Wiku.

Sebelumnya, Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan selain angka penularan yang masih tinggi di tengah masyarakat, lonjakan kasus dalam seminggu terakhir juga disebabkan oleh keterlambatan data sehingga ada penumpukan. Akibatnya kasus yang terjadi 2-3 pekan sebelumnya baru tercatat dan menyebabkan lonjakan data.

Adanya keterlambatan data ini juga tidak dapat dianggap sepele, karena penting mengetahui kasus aktif saat ini atau pasien yang membutuhkan perawatan.

Dia menjabarkan pekan lalu ada 22 ribu kasus aktif baru dalam waktu satu minggu, dan menjadi penambahan tertinggi yang pernah terjadi.

"Kita harus ambil catatan tren positivity rate yang meningkat, dan standar WHO untuk menurunkan pandemi sebisa mungkin di bawah 5%, kita punya positivity rate yang jauh di atas yang ditentukan," kata Dewi.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular