Just FYI, Lockdown di Eropa Sukses Tekan Kasus Corona Lho...

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
22 January 2021 14:43
Virus Outbreak Britain
Foto: AP/Matt Dunham

Jakarta, CNBC Indonesia - Eropa tidak lagi menghadapi serangan gelombang kedua Covid-19. Pada awal Desember tahun lalu, kasus infeksi Covid-19 harian di berbagai negara Benua Biru terutama Jerman dan Inggris mengalami lonjakan yang signifikan. 

Inggris dan Jerman merupakan dua negara dengan populasi yang terpadat di Benua Eropa setelah Rusia. Dengan total penduduk lebih dari 151 juta jiwa (20,5% dari total penduduk Eropa) Negeri Panser dan Negeri John Bull merupakan perekonomian terbesar di Eropa dengan total output perekonomian mencapai EUR 3,97 miliar (48,2% PDB Eropa).

Sebagai negara dengan jumlah penduduk dan output ekonomi terbesar jelas saja serangan gelombang ketiga Covid-19 di negara tersebut menjadi perhatian publik global.

Semua bermula di awal Desember. Hanya dalam dua pekan pertama di penghujung tahun kasus harian Covid-19 di Inggris bertambah dua kali lipat. Sementara itu di Jerman jumlah kasus baru meningkat lebih dari 100% pada periode yang sama.

Tren kenaikan kasus baru di Inggris dikaitkan dengan temuan baru varian Covid-19 yang lebih ganas oleh para ilmuwan yang tergabung dalam konsorsium genomik Covid-19 di negara tersebut. Varian yang kini juga ditemukan di lebih dari 30 negara di dunia tersebut disebut 70% lebih menular dari varian awal yang ditemukan.

Mutasi virus Corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang cepat membuat Perdana Menteri Boris Johnson kelabakan. Padahal di saat yang sama Inggris sedang mempersiapkan diri untuk bercerai dari Eropa.

Akhirnya politikus Partai Konservatif tersebut memilih untuk kembali menerapkan lockdown. Jerman yang mengalami nasib sama juga mengikuti langkah tersebut. Kanselir Angela Merkel memerintahkan untuk menutup bar, bioskop dan tempat hiburan sementara restoran tetap diizinkan buka hanya untuk melayani pesan antar.

Kebijakan partial lockdown yang ditetapkan oleh Merkel bukan tanpa konsekuensi. Banyak masyarakat Jerman yang memprotes keras dan melakukan aksi demonstrasi. Namun mau bagaimana lagi, ancaman Covid-19 bukan main-main.

Implementasi lockdown yang dimulai sejak awal Desember tersebut berakibat pada penurunan mobilitas publik. Hal ini tercermin dari indeks mobilitas di versi apple yang melacak aktivitas mengemudi, transit hingga jalan-jalan masyarakat Jerman dan Inggris.

Hampir dua bulan berlalu, pengetatan pembatasan aktivitas masyarakat tersebut tampak mulai membuahkan hasil. Kasus baru Covid-19 di Jerman dan Inggris mulai melandai bahkan turun. 

Setelah mencapai puncak pada 10 Desember lalu, kasus berangsur turun. Di Inggris kasus harian drop 27,5% dari hampir rata-rata 60 ribu kasus per hari pada 10 Desember menjadi 43,5 ribu saja kemarin.

Setali tiga uang Jerman juga mencatatkan penurunan kasus hingga 50% dari 22 ribu menjadi 14 ribu saja atau turun sekitar 33% pada periode yang sama jika menggunakan perhitungan rata-rata kasus harian dalam periode satu minggu.

Tingkat kasus positif (positivity rate) di Inggris juga menurun kembali ke digit tunggal, tetapi belum sampai ke bawah 5%. Tingkat kasus positif mengindikasikan seberapa menular suatu wabah. Semakin tinggi angkanya berarti infeksi Covid-19 semakin tak terbendung.

Berdasarkan standard WHO, kasus dikatakan sudah terkendali dan pelonggaran boleh dilakukan ketika tingkat kasus positifnya konsisten di bawah 5% dalam dua pekan berturut-turut.

Memasuki tahun 2021, sudah banyak negara-negara Eropa yang melakukan vaksinasi Covid-19. Inggris menjadi pionirnya. Pada Desember tahun lalu Inggris mulai menyuntikan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer.

Negeri Ratu Elizabeth telah mengamankan 800 ribu dosis pasokan vaksin Pfizer yang dikirim dari fasilitas produksi di Belgia di penghujung tahun lalu. Sebagai salah satu negara yang pertama merestui vaksinasi darurat Inggris telah menyuntikkan kurang lebih 1,94 dosis vaksin per 100 orang hingga pekan ini.

Inggris jauh meninggalkan Jerman yang baru menyuntikkan 0,64 dosis vaksin per 100 orang warganya. Di dunia, Israel menjadi satu-satunya negara yang paling agresif dalam melaksanakan program vaksinasi Covid-19 secara masal.

Pada minggu kedua Januari, 1,9 juta orang di Israel telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19 atau setara dengan 22,34 dosis yang diberikan per 100 orang. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 2,82 dosis per 100 orang di AS dan Inggris. Program vaksinasi cepat Israel dimulai pada 19 Desember 2020.

Israel memasuki lockdown nasional ketiga pada 27 Desember dalam menghadapi infeksi yang meningkat pesat dan deteksi varian baru Covid-19 yang sangat menular. Pembatasan ketat ini harus tetap diberlakukan sampai sebagian besar penduduk menerima dua dosis.

Kecepatan laju vaksinasi di Israel ini diharapkan dapat mengendalikan pandemi Covid-19 yang sudah masuk ke gelombang keempat tersebut.

Jika Israel mulai melihat dampak vaksinasi, tanpa munculnya kembali kasus Covid-19 dalam beberapa bulan mendatang, ini akan memberikan contoh dan standard bagi negara lain di seluruh dunia. Israel akan menjadi negara pertama di dunia yang mencapai status kekebalan komunal (herd immunity).

Total kasus Covid-19 kumulatif yang tercatat di Israel mencapai 570.085 atau setara dengan 6,3% dari populasi yang mencapai 9 juta orang. Israel beruntung karena luas geografisnya yang kecil dan penduduknya yang juga relatif sedikit jika dibandingkan dengan negara lainnya.

Hal ini memungkinkan Israel untuk secara agresif menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada seluruh warganya. Kecil kemungkinan negara-negara lain terutama yang memiliki wilayah geografis yang luas dan penduduk banyak bisa mengejar laju vaksinasi di Israel.

Dengan wilayah geografis yang luas dan jumlah penduduk yang melampaui 65 juta jiwa, tentu melakukan program vaksinasi Covid-19 secara masal adalah tantangan yang berat bagi Jerman dan Inggris. Kedua negara tersebut harus rela tetap membatasi aktivitas ekonominya selagi program vaksinasi terus dijalankan. Ini berarti bahwa prospek pemulihan ekonomi terbesar di Benua Eropa kembali terancam.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular