
Kalau Liat Data Ini, Pantesan PSBB, eh PPKM, Diperpanjang!

Jakarta, CNBC Indonesia - Belum genap dua minggu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah Jawa dan Bali, pemerintah memutuskan untuk memperpanjang periode pelaksanaannya. Perkembangan pandemi Covid-19 yang semakin memprihatinkan menjadi alasannya.
Kebijakan yang tertuang dalam Sosialisasi Surat Edaran Nomor 903/145/SJ itu akan mulai berlaku setelah 25 Januari nanti. Untuk melihat seberapa parah perkembangan pandemi Covid-19 di dalam negeri mari tengok beberapa indikator epidemiologi yang digunakan.
Pertama adalah tren kenaikan kasus Covid-19. Menurut data Satgas Covid-19, total penderita Covid-19 secara kumulatif di Indonesia sudah tembus 927.380 orang. Kasus aktif tercatat mencapai 146.842 orang. Total yang sembuh sebanyak 753.948 orang dan jumlah yang meninggal sebanyak 25.690 orang.
Artinya kasus aktif (active rate) berada di angka 15,8%. Tingkat kesembuhan (recovery rate) di 81,3% dan tingkat kematian (mortality rate) di angka 2,77%.
Tren pertambahan kasus harian masih terus meningkat. Jika menggunakan indikator rata-rata bergerak selama 7 hari terakhir (7-day moving average) kasus harian tembus 11.471 per kemarin.
Tren pertambahan kasus infeksi harian mencapai 24,2% dibanding minggu lalu dan melonjak 78,6% dibanding bulan lalu. Kenaikannya sangat fantastis. Jika tren ini tetap dipertahankan maka dalam kurun waktu satu minggu lagi kasus kumulatif akan tembus angka 1 juta.
Lebih dari perkiraan awal kasus Covid-19 akan mulai tembus angka 1 juta di awal Februari.
Rata-rata jumlah tes harian yang dilakukan masih di angka 40 ribu orang. Dengan kenaikan kasus harian per hari yang hampir menyentuh angka 11.500 maka tingkat kasus positif (positive rate) berada di angka 28%. Bahkan belakangan tingkatnya menembus angka 30%.
Tingkat kasus positif bisa naik karena dua hal. Pertama penularan kasus terus meningkat dengan kencang dan tes yang dilakukan rendah. Inilah yang terjadi di Indonesia.
Menurut keterangan John Hopkins University, persentase positif yang tinggi berarti bahwa lebih banyak tes yang harus dilakukan. Angka ini juga menunjukkan bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk melonggarkan pembatasan sosial.
Persentase tes positif yang tinggi menunjukkan tingkat infeksi virus Corona yang tinggi (karena penularan yang tinggi di masyarakat), persentase positif yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa ini mungkin saat yang tepat untuk menambahkan pembatasan untuk memperlambat penyebaran penyakit.
Semakin tinggi persen positifnya maka perkembangan kasus semakin memprihatinkan. Berdasarkan aturan praktis yang banyak jadi acuan tingkat positif di atas 5% sudah mengindikasikan bahwa penularan penyakit sudah berada di laju yang sangat tinggi.
Tingkat kasus positif juga menjadi acuan kapan pelonggaran pembatasan sosial dapat dilakukan. Menurut WHO, suatu negara atau wilayah dapat melonggarkan pembatasan jika tingkat kasus positif konsisten di bawah 5% setidaknya selama dua pekan.
Dengan tren kenaikan kasus yang terus terjadi dan peningkatan tingkat kasus positif mengindikasikan bahwa Indonesia memang harus menjalankan kebijakan yang lebih ketat untuk menurunkan jumlah kasus.
Indonesia memang sudah resmi memulai program vaksinasi Covid-19 sejak pekan lalu. Tepat pada 13 Januari 2021 Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi orang pertama yang disuntikkan vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Prosesinya pun disiarkan secara virtual agar publik bisa langsung menyaksikan momen bersejarah itu.
Setelah Jokowi, jajaran pejabat tinggi hingga publik figur pun mendapatkan gilirannya. Setidaknya saat ini RI sudah mengantungi 3 juta dosis vaksin Sinovac dan 15 juta bahan baku vaksin yang diimpor dari China untuk diproduksi oleh perusahaan farmasi pelat merah PT Bio Farma (Persero).
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (BGS) menuturkan bahwa Indonesia juga menjajaki kerja sama dengan pengembang lain seperti AstraZeneca dan Pfizer untuk mencoba mengamankan 400 juta vaksin Covid-19.
Pemerintah juga mematok target yang ambisius yakni menggratiskan vaksin Covid-19 untuk masyarakat RI. Program vaksinasi masal ditargetkan rampung dan butuh waktu kurang lebih 15 bulan.
Namun bukan berarti vaksinasi yang sudah dilakukan bisa membuat pemerintah mengendurkan 3T (testing, tracing, dan treatment) dan masyarakat boleh lepas dari 3M (menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak).
Toh pasokan vaksin juga masih sangat sedikit dibandingkan dengan total populasi masyarakat Indonesia yang mencapai lebih dari 268 juta jiwa. Apalagi ditambah dengan berbagai indikator epidemiologi Covid-19 yang sudah di level sangat mengkhawatirkan.
Berikut adalah indikator penerapan PPKM:
- Tingkat kematian daerah tersebut di atas rata-rata tingkat kematian nasional atau tingkat kematiannya di atas 3%
- Tingkat kesembuhan di bawah rata-rata kesembuhan nasional atau 82%
- Tingkat kasus aktif di atas rata-rata tingkat kasus aktif nasional
- Tingkat keterisian rumah sakit (BOR) untuk ICU dan isolasi di atas 70%
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Simak! Ini Daftar Lengkap PPKM Se-Indonesia, Kota-mu?