
Ekonomi China Tumbuh 6,5%! Iri Bilang, Bos...

Jakarta, CNBC Indonesia - Awal tahun lalu China menjadi sorotan dunia karena merebaknya wabah yang diakibatkan oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2). Awal tahun ini China kembali menjadi sorotan karena Covid-19 dan ekonominya.
Keberhasilan China dalam karantina wilayah memang menimbulkan konsekuensi besar bagi output perekonomiannya. Ketik Wuhan yang menjadi sentra industri Negeri Panda dan sekitarnya dikunci, produk domestik bruto (PDB) negara tersebut minus 6,8% (yoy).
Sebagai negara berkembang yang selama ini ekonominya mampu tumbuh impresif perlambatan 100 basis poin saja sudah termasuk mengerikan, apalagi ini sampai menyusut, dan kontraksinya sangat dalam.
Namun lockdown berhasil membuat China menjadi satu-satunya negara yang paling awal terjangkit Covid-19 tetapi juga mampu menjadi negara pertama yang keluar dari krisis ekonomi dan kesehatan.
Pengetatan pun mulai dilonggarkan akhir Maret tahun lalu hingga akhirnya ekonomi China pun bangkit. Di kuartal kedua, PDB China berbalik arah. Artinya PDB China tumbuh di zona ekspansif.
Data mencatat bahwa pada periode April-Juni 2020, PDB China tumbuh 3,2% (yoy). Pertumbuhan ekonomi berlanjut ke kuartal ketiga. PDB Negeri Panda mengalami ekspansi sebesar 4,9% (yoy).
China berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif di kedua kuartal tersebut. Padahal di saat yang sama PDB negara-negara G20 yang memiliki sumbangsih lebih dari 70% PDB dunia sedang jatuh dalam resesi.
Tepat hari ini China mengumumkan angka keramat pertumbuhan ekonominya untuk kuartal keempat. Hasilnya pun di luar dugaan. Survei yang dilakukan Reuters menunjukkan bahwa ekonomi China diramal tumbuh 6,1% (yoy).
Namun kenyataannya China tumbuh lebih tinggi. Pada kuartal terakhir tahun 2020, PDB China mampu tumbuh 6,5% (yoy). Dengan begitu China mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif dalam tiga kuartal berturut-turut.
Geliat ekonomi China juga tercermin dari kenaikan kapasitas utilisasi industrinya. Seperti halnya dengan PDB China yang tumbuh tinggi, kapasitas utilisasi China juga meningkat ke level tertinggi sejak 2019 yakni di angka 78%.
Tidak hanya itu, ekspor China juga mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Di tahun 2020, ekspor China dilaporkan naik 3,6% dari tahun sebelumnya menjadi US$ 2,6 triliun, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Sementara itu, impor hanya turun 1,1% di tahun 2020 lalu. Artinya aktivitas ekonomi China sudah berputar cukup kencang saat negara-negara lain tersendat akibat menghadapi virus corona.
Akibatnya dalam satu tahun terakhir mata uang China pun mengalami apresiasi terhadap dolar AS. Dalam setahun terakhir ketika indeks dolar mengalami koreksi hampir 7%, yuan atau renminbi berhasil menguat 5,43% di hadapan greenback.