Round Up

Jokowi Suntik Vaksin hingga Kemanjuran Sinovac Brasil 50%

sef, CNBC Indonesia
16 January 2021 06:40
Presiden Joko Widodo menerima vaksinasi Covid-19 Perdana di Indonesia, 13 Januari 2021. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr )

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini dipenuhi dengan berita vaksin corona asal perusahaan China, Sinovac Biotech, CoronaVac. Pasca Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan darurat dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan halal penggunaan vaksin, RI secara resmi memulai vaksinasi Rabu (13/1/2021).

Melalui live streaming yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi orang pertama di RI yang divaksin Covid-19. Ia menerima suntikan pukul 09.40 WIB.

Jokowi sendiri sudah mulai menjalani serangkaian vaksinasi di Istana Merdeka. Setidaknya ada empat tahapan yang akan dilalui Jokowi, mulai dari klasifikasi data, melakukan serangkaian tes kesehatan, penyuntikan vaksin, serta kartu tanda suntik vaksin Covid-19.

Jokowi yang mengenakan kemeja lengan pendek lengkap dengan masker, diperiksa oleh petugas vaksinasi. Jokowi langsung melakukan serangkaian tes kesehatan yang mencakup tensi darah serta riwayat kesehatan terkini.

"Sudah lama saya nggak periksa," kata Jokowi berkelakar di depan petugas.

Setelah petugas mengetahui riwayat kesehatan Jokowi, kepala negara kemudian bergeser ke meja sebelah untuk menjalani serangkaian penyuntikan vaksin. Ia disuntik tak lama, tidak sampai 3 menit.

Pasca disuntik, Jokowi kemudian mendapatkan kartu tanda suntik vaksin. Kemudian, Jokowi kembali bergeser ke meja sebelah untuk menyampaikan laporan kepada petugas vaksinasi.

Selain Jokowi setidaknya ada 20 orang lain yang disuntik. Mereka dibagi dalam tiga sesi. Yakni:

Sesi 1 :
1. Presiden Jokowi
2. dr. Daeng M. Faqih (Ketua IDI)
3. Dr. H. Amiesyah Tambunan (Sekjen MUI/Muhammadiyah)
4. Kiai Ishom PP NU
5. Panglima TNI
6. Kapolri
7. Rafi Ahmad (Perwakilan Anak Muda)

Sesi 2
1. Budi G. Sadikin (Menteri Kesehatan)
2. Prof Dr Unifah Risyidi (PGRI)
3. Ronal Tapilatu (PGI)
4. Agustinus Heri (KWI)
5. I Nyoman Suarthanu (PHDI)
6. Partono Bhikkhu N. M (Permabudhi)
7. Peter Lesmana (Matakin)

Sesi 3
1. Penny Kusumastuti (Kepala Badan POM)
2. Rosan Perkasa (Perwakilan Pengusaha)
3. Ade Zubaedah (Sekjen Ikatan Bidan Indonesia)
4. Nur Fauzah ( Perawat)
5. Lusy Noviani (Apoteker)
6. Agustini Setiyorini (Buruh)
7. Ibu Narti (Pedagang)

Halaman 2>>>

Sementara itu, di belahan bumi lainnya, Brasil juga mengeluarkan rilis resmi soal kemanjuran Sinovac. Berbeda dari Indonesia yang 63%, di Brasil vaksin ini hanya 50,4% efektif melawan Covid-19.

Brasil adalah negara pertama yang menyelesaikan uji coba tahap akhir vaksin Coronavac. Institut Butantan yang dikelola negara telah dikritik oleh para ilmuwan dan pakar kesehatan karena kurangnya transparansi dalam mempublikasikan data uji coba vaksin.

Lembaga tersebut dilaporkan menunda perilisan hasil percobaan tiga kali. Pekan lalu mengumumkan sebagian data yang menunjukkan tingkat efektivitas yang kemudian direvisi jauh lebih rendah.

Menurut laporan Wall Street Journal, Butantan mengatakan pekan lalu bahwa CoronaVac 78% efektif di antara relawan dengan infeksi ringan hingga parah. Tetapi institut itu mengatakan pada Selasa (12/1/2021) bahwa tingkat kemanjuran keseluruhan turun menjadi 50,4% saat memasukkan kasus-kasus "sangat ringan" yang tidak memerlukan bantuan medis.

Namun lembaga tersebut meyakinkan vaksin ini tetap manjur. "Ini adalah vaksin yang aman dan efektif yang semua kriteria untuk membenarkan penggunaannya dalam keadaan darurat," kata Direktur Butantan Dimas Covas saat mengumumkan laporan tersebut.

Sebagai perbandingan, vaksin Covid dari Pfizer/BioNTech dan Moderna dilaporkan 95% efektif dalam uji coba tahap akhir. WHO sebelumnya memberi ambang batas 50%.

Brasil dan negara berkembang lainnya telah menaruh harapan mereka pada vaksin China. Apalagi negara-negara kaya banyak yang sudah mencaplok vaksin yang dikembangkan oleh negara barat, seperti Pfizer/BioNTech dan Moderna .

Vaksin CoronaVac juga lebih murah dan lebih mudah untuk diangkut karena dapat disimpan di lemari es biasa. Ini berbeda dari Pfizer/BioNTech dan Moderna yang harus disimpan pada suhu di bawah beku.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular