
Kepala SKK Migas Beberkan 3 Rintangan Industri Migas RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri hulu migas Indonesia menemui sejumlah tantangan dalam melakukan bisnisnya, mulai dari terus menurunnya produksi minyak dan gas bumi hingga belum menggeliatnya investasi di sektor ini.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyebutkan kan ada tiga hal penting yang menjadi tantangan industri hulu migas di Tanah Air saat ini.
Pertama, adanya peralihan dari energi berbasis fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Kedua, adanya persaingan yang lebih keras karena munculnya produsen migas konvensional dan non konvensional. Ketiga, menurunnya permintaan migas akibat pandemi Covid-19.
"Ada tiga hal, pertama dengan adanya isu mengenai EBT dan persaingan lebih keras karena muncul minyak-minyak, tidak hanya konvensional tapi non konvensional, seperti shale oil dan shale gas dan sebagainya dan sumber energi lain," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (11/01/2021).
Melihat kondisi ini, maka menurutnya harga minyak dunia akan sulit untuk bisa diharapkan berada pada posisi tinggi kembali seperti sebelum masa pandemi. Menurutnya, ke depan akan ada keseimbangan baru di mana harga minyak memang akan semakin tertekan.
"Maka, dari aspek price (harga minyak), kita akan sulit mengharapkan harga minyak dunia akan kembali tinggi seperti masa-masa yang lalu, ada keseimbangan baru ke depan yang memang semakin tertekan," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa produksi minyak Indonesia terus menurun selama 25 tahun ini. Meski demikian, menurutnya potensi Indonesia masih besar dengan adanya 128 cekungan dan baru 20 cekungan yang produksi.
![]() SKK Migas: Investasi Ditargetkan Naik 20% Capai USD 12,6 Miliar (CNBC Indonesia TV) |
"Masih banyak potensi yang masih terbuka, kita butuh para investor untuk meningkatkan produksi minyak dan gas Indonesia," ujarnya.
Terakhir, tantangan yang dihadapi industri hulu migas Indonesia yang baru-baru ini terjadi di 2020 yakni penurunan permintaan akibat pandemi Covid-19.
"Ketiga, penurunan demand (permintaan) yang baru saja terjadi di 2020 ini, karena adanya pandemi," ungkapnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Akhir Tahun, RI Kejar Target Investasi Migas Rp230,9 T
