
Cadangan Devisa Diramal Tembus US$ 135 Miliar, Ini Pemicunya!

Tren pelemahan dolar AS masih akan berlanjut di tahun ini. Indeks dolar diproyeksikan bakal melemah 5-10% tahun ini setelah terjungkal 6,7% tahun lalu. Kondisi tersebut bakal mendorong investor mengalihkan uangnya ke aset berisiko dan aset keuangan negara berkembang seperti Indonesia karena memberikan imbal hasil yang lebih agresif.
JP Morgan memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah bisa tembus Rp 13.500/US$ di tahun 2021. IHSG ditargetkan bakal tembus ke 6.800. Dus, imbal hasil riil investasi di Indonesia setelah dikurangi inflasi yang diasumsikan 2% tahun depan masih di kisaran 5-12%.
Rupiah yang terus menguat membuat kebutuhan intervensi BI menjadi semakin minim. Namun dengan prospek pemulihan ekonomi global dan domestik yang lebih baik di tahun 2021, impor yang terkontraksi tajam pada 2020 akan mulai membaik.
Harga komoditas seperti minyak diperkirakan bakal menyentuh US$ 50/barel untuk jenis Brent di tahun ini. Kenaikan impor akan membuat defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) bakal membengkak di tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu.
Bank Dunia memperkirakan bahwa CAD tahun 2021 akan berada di -1,4% PDB, membengkak dibanding tahun 2020 sebesar -0,7% PDB. Dengan outlook pertumbuhan ekonomi RI yang berhasil tumbuh 4,4% secara tahunan, cadangan devisa untuk tahun 2021 diperkirakan sebesar 10% dari PDB atau masih tetap di atas US$ 130 miliar.
Dengan cadangan devisa yang kokoh, investor global pun bakal kian percaya diri menanamkan dananya di pasar keuangan nasional. Ini, tentu saja, terjadi dengan asumsi bahwa pandemi bakal semakin teratasi dan tak memicu Pembatasan Sosial Berskala besar (PSBB) yang berlarut-larut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)[Gambas:Video CNBC]