
Cadangan Devisa Diramal Tembus US$ 135 Miliar, Ini Pemicunya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan cadangan devisa (cadev) bulan Desember akan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Cadev di penghujung tahun bisa melampaui US$ 135 miliar.
Di bulan November, cadev Indonesia tercatat mencapai US$ 133,7 miliar. Tidak banyak mengalami perubahan dibanding bulan Oktober.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa cadev bisa tembus ke atas US$ 135 miliar. Pertama, penerbitan global bond oleh pemerintah dan kedua adalah minimnya kebutuhan stabilisasi nilai tukar pada Desember kemarin.
Nilai tukar rupiah di sepanjang 2020 mengalami depresiasi 1% terhadap dolar AS. Namun pada kuartal kedua rupiah sempat terdepresiasi 19% di hadapan greenback akibat aliran dana keluar (outflow) masif di tengah kepanikan pasar keuangan global saat awal pandemi Covid-19 melanda.
Namun seiring dengan intervensi kebijakan di sektor kesehatan dan injeksi likuiditas yang masif oleh bank sentral global terutama bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni Federal Reserve (The Fed), dolar AS terus melemah dan rupiah pun terapresiasi.
Bank Dunia mencatat outflow mulai berbalik menjadi inflow mulai bulan Oktober. Aliran dana masuk di bulan Oktober hampir mencapai US$ 2 miliar. Hal tersebut membuat rupiah semakin menguat dan mendekati Rp 14.000/US$ di penghujung tahun.
Tren penguatan rupiah juga dibarengi dengan kenaikan harga-harga komoditas unggulan ekspor RI seperti minyak sawit (crude palm oil/CPO), batu bara hingga komoditas tambang berupa logam dasar (tembaga, bijih besi hingga nikel).
Pemulihan ekonomi China menjadi salah satu pemicunya. Ketika mayoritas negara di dunia menderita resesi akibat pandemi Covid-19, output perekonomian China justru tumbuh positif di kuartal kedua dan ketiga.