Harga Melejit, Produksi Batu Bara 2021 Lebih 550 Juta Ton

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
05 January 2021 14:57
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski dihantam badai pandemi, produksi batu bara tahun 2020 ternyata bisa di atas target yang dipatok pemerintah sebesar 550 juta ton, yakni mencapai 557,54 juta ton.

Melihat realisasi produksi batu bara hingga akhir 2020 dan harga batu bara yang tinggi saat ini, tak menutup kemungkinan produksi batu bara pada 2021 ini juga bisa melampaui target yang ditetapkan pemerintah sebesar 550 juta ton.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia.

"Tahun 2020 saja produksi yang dicapai sebesar 557,54 juta ton, lebih dari target yang ditetapkan 550 juta ton, dengan banyak pasar baru yang berkembang, maka tidak menutup kemungkinan produksi 2021 pun akan lebih tinggi dari 2020," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (05/01/2021).

Menurutnya penentuan target produksi 550 juta ton tahun ini sama dengan tahun lalu bertujuan agar tingkat produksi bisa dikendalikan, sehingga bisa mengurangi kelebihan pasokan batu bara di pasar global.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa dari sisi permintaan, prospek permintaan batu bara pada 2021 diperkirakan lebih cerah dibanding 2020. Berdasarkan laporan baru dari Badan Energi Internasional (IEA), imbuhnya, kemungkinan pulihnya kembali ekonomi global pada 2021 akan mendorong rebound permintaan batu bara pada jangka pendek, menyusul penurunan besar pada 2020 yang dipicu oleh krisis Covid-19.

Dari sisi harga pun menunjukkan tren positif. Harga Batubara Acuan (HBA) Januari 2021 berada di level US$ 75,84 per ton, naik tajam 27,14% dibandingkan dengan HBA Desember 2020 US$ 59,65 per ton.

Hendra menyebut kenaikan HBA pada bulan Januari 2021 lebih banyak disebabkan oleh meningkatnya permintaan batu bara di musim dingin, terutama oleh Tiongkok yang juga akibat keterbatasan (shortage) pasokan domestik batu bara mereka.

"Bila tren harga semakin membaik ke depannya akibat dari peningkatan permintaan, maka tidak menutup kemungkinan perusahaan untuk melakukan peningkatan produksinya melalui revisi RKAB sesuai dengan Permen ESDM No. 7 Tahun 2020," jelasnya.

Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan kenaikan HBA Januari 2021 dikarenakan ekonomi China yang mulai kembali pulih.

Menurut dia, China memiliki pengaruh penting pada harga batu bara. Hal tersebut dikarenakan China merupakan pasar utama Indonesia setelah India.

"Apalagi saat ini terjadi ketegangan hubungan perdagangan antara Tiongkok dengan Australia. Sentimen ini yang makin memperkuat," paparnya dalam keterangan resminya, Senin (04/01/2021).

Kenaikan HBA di awal tahun 2021 bergerak menuju level psikologis setelah sepanjang tahun 2020 HBA mengalami pelemahan sampai level terendah akibat pandemi Covid-19. Rata-rata HBA pada 2020 hanya sebesar US$ 58,17 per ton dan menjadi terendah sejak 2015.

Lebih lanjut, Agung memerinci harga batu bara dibuka pada angka US$ 65,93 per ton pada Januari 2020, menguat sebesar 0,28% di angka US$ 67,08 per ton pada Maret dibanding Februari yang sebesar US$ 66,89 per ton.

Namun, HBA melorot pada April US$ 65,77 per ton, Mei US$ 61,11 per ton, Juni US$ 52,98 per ton, Juli US$ 52,16 per ton, dan Agustus US$ 50,34 per ton. Puncaknya ada di bulan September di mana harganya hanya US$ 49,42 per ton.

Dalam tiga bulan terakhir harga batu bara kembali pulih yakni pada bulan Oktober US$ 51 per ton, November US$ 55,71 per ton, dan Desember US$ 59,65 per ton.

"Supply and demand tetap menjadi faktor perubahan (harga) utama di luar Covid-19 yang belum sepenuhnya terkendali," kata Agung.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Batu Bara 2020 Lebihi Target, Tapi Ekspornya Melesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular