
Kena Corona, Laba MRT Jakarta Ambruk

Jakarta, CNBC Indonesia - Masa pandemi sangat menusuk sektor transportasi darat, akibat dari pembatasan ruang gerak masyarakat. Terlihat dari kinerja bisnis PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta selama 2020 yang mengalami penurunan tajam akibat dampak pandemi.
Tercatat perusahaan yang baru beroperasi sejak Maret 2019 ini melaporkan kinerja keuangan yang belum diaudit mencatatkan laba operasional Rp 75,11 miliar dengan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization (EBITDA) Rp 416,1 miliar, total pendapatan usaha Rp 1,078 triliun.
Capaian perusahaan pada tahun ini hanya kurang dari separuh kinerja pada 2019 yang mencatatkan laba operasional Rp 172 miliar dengan EBITDA Rp 416 miliar.
"Laba operasional turun 56%, tapi secara kinerja keseluruhan dengan strategi bisnis dan efisiensi yang dijalankan pada masa pandemi ini kita berhasil mempertahankan EBITDA kita di level yang hampir sama," kata Direktur Utama PT MRT Indonesia, William Sabandar, dalam Paparan Online, Selasa (5/1/2020).
Salah satu strategi yang dijalankan efisiensi beban biaya operasional. William menjelaskan beban biaya operasional perusahaan berhasil ditekan menjadi Rp 1 triliun dari yang seharusnya Rp 1,5 triliun, tanpa adanya pengurangan jumlah karyawan. Efisiensi dilakukan di segala lini yang berhubungan dengan rencana pengeluaran yang tidak prioritas sehingga cash flow berjalan dan EBITDA masih terjaga positif.
Serta adanya tambahan dari pendapatan non-tiket seperti pendapatan dari Non-fare box (Periklanan Dalam Luar Stasiun, Kerjasama Layanan Telco, Kerjasama Penamaan Stasiun, Kerjasama Payment Gateway, dan Retail) yang mencapai Rp 370 miliar.
Dalam targetnya jangka panjang untuk pendapatan di luar tiket (non-Fare Box akan memberikan kontribusi pendapatan 30%, tiket 20%, pendapatan subsidi 20% dan, pengembangan transit oriented development (TOD) menyumbang 30%. TOD saat ini belum memberikan kontribusi ke pendapatan.
Dimana perusahaan untuk di 2021 dalam proses pengajuan penetapan kawasan dan pengelolaan TOD Glodok - Kota Tua. Saat ini melalui Pergub 15/2020 PT MRT ditunjuk untuk jadi pengelola TOD Lebak Bulus, Fatmawati, Blok M - Sisingamangaraja, Istora - Senayan, da Dukuh Atas.
Perusahaan juga tengah membangun Media Advertising Pilar oleh mitra strategis. Dengan progres sudah mencapai 85% yang nantinya akan mengangkat pendapatan Non-Fare Box.
Jika dilihat jumlah penumpang juga pada tahun kemarin juga sangat terkontraksi terutama pada bulan Maret - Desember dengan rata-rata penumpang harian hanya sebesar 27.281 per hari dari 91.000 rata-rata penumpang harian di 2019.
"Di tengah krisis kita berusaha terus ada cash flow, proteksi karyawan dan tidak ada PHK, moral korporasi baik, dan terus memberikan pelayanan prima dengan protokol Kesehatan sesuai mandatori," katanya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Jalur Baru MRT 'Belah' Jakarta, Ini Rute-Rutenya