Ini Cerita Miris di Balik Produksi Jet Tempur KFX RI & Korsel

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
02 January 2021 14:52
Model jet tempur IFX/ KFX. (Randy/ detikcom)
Foto: Model jet tempur IFX/ KFX. (Randy/ detikcom)

Jakarta, CNBC Indonesia - CNBC Indonesia - Hubungan Indonesia dan Korea Selatan dikabarkan tidak baik. Sumber masalahnya berasal kerja sama dari pengembangan jet tempur KFX atau Korea Fighter eXperimental).

Menteri Kelautan dan Perikanan yang saat itu menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan), Sakti Wahyu Trenggono sempat Buka-bukan perihal nasib proyek dua negara. Walau tak secara eksplisit, dia menyebutkan Indonesia tak mendapatkan keuntungan signifikan dari kerja sama tersebut.

"Gini, KFX itu kan pesawat tempur. Kita ngirim Engineer ke Korea. Ini saya mempelajari. Kita mesti spending US$2 miliar, lalu ujungnya kita dapat satu prototipe," ujar Trenggono.

Ternyata Indonesia nantinya tidak memiliki kepemilikan penuh dari prototipe, hanya kepemilikan minoritas. Sakti menyebutkan hanya 15% saja ownership yang dimiliki pemerintah.

Sementara itu mayoritas kepemilikan berada di tangan Korea Selatan, yakni sembilan teknologi yang diklaim Sakti tidak diberikan kepada Indonesia.

Selain itu juga ada ketentuan mengenai batas usia para engineer tanah air yang dikirimkan ke Korsel. Padahal pengiriman tersebut diharapkan pemerintah Indonesia bisa ada transfer teknologi.

Sedangkan menurut laporan Korea Joongang, Pesawat jet tempur yang dirakit Korsel itu menelan pembiayaan 8,5 triliun won. Dari jumlah itu sekitar 1,6 triliun won atau 20% harus dibayarkan Indonesia sesuai dengan kontrak kemitraan bersama dua negara tahun 2016.

Sejak saat itu, negosiasi dua pemerintah selalu menemui jalan buntu. Di Korea Selatan sendiri, CEO Korean Aviation Industri (KAI), Ahn Hyunho selaku pembuat pesawat tak menyebut nama Indonesia dalam pernyataan resminya, padahal Indonesia sebagai partner utama pengembangan jet tempur tersebut.

Selain itu pihak oposisi Partai Kekuatan Rakyat, Shin Won Shik menyebutkan jika Indonesia hanya membayar 227,2 milyar Won dari 831,6 miliar Won yang dijanjikan tahun ini. Jumlah itu hanya sekitar 13% dari perjanjian awal.

Namun beberapa waktu lalu menurut penuturan Menko Polhukam, Mafhud MD, proyek tersebut tetap dilanjutkan. Dia juga mengaku sudah bertemu dengan Menteri Pertahankan Korea Selatan Joeing Kyeong doo di Kantornya pada Kamis (12/12/2019).


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Diam-Diam Korsel Tuntaskan Jet KFX, RI Diundang Peluncuran!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular