Menteri ESDM Tinjau PLTU Tertua Suralaya, Ada Apa Ya?

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
30 December 2020 18:35
PT Indonesia Power melalui Unit Pembangkitan (UP) Suralaya menegaskan jika Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak menyumbang polusi untuk Jakarta. (CNBC Indonesia/Nia)
Foto: PT Indonesia Power melalui Unit Pembangkitan (UP) Suralaya menegaskan jika Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak menyumbang polusi untuk Jakarta. (CNBC Indonesia/Nia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada hari ini, Rabu (30/12/2020) melakukan kunjungan ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya berkapasitas 3.400 Mega Watt (MW) di Desa Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Cilegon, Banten yang dikelola oleh PT Indonesia Power.

Kunjungan tersebut guna memastikan pasokan listrik untuk wilayah Jawa dan Bali jelang tahun baru 2021 dalam kondisi aman dan memiliki pasokan cadangan optimal.

Arifin mengungkapkan, penempatan layanan kebutuhan rakyat terhadap sektor ketenagalistrikan menjadi salah satu prioritas utama meskipun tengah beradaptasi dengan kebiasaan baru akibat pandemi Covid-19.

"Pemerintah menempatkan prioritas tertinggi dalam memperhatikan aksesibilitas dan keterjangkauan energi," tutur Arifin, seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian ESDM, Rabu (30/12/2020).

Aksesibilitas dan keterjangkauan ini, imbuhnya, menjadi perhatian utama pemerintah, sehingga mempercepat proses pemerataan energi ke seluruh lapisan masyarakat. Upaya ini digambarkan dengan capaian rasio elektrifikasi yang mencapai hingga 99,15% pada triwulan III 2020.

Menurut Arifin, meski tingkat permintaan listrik pada perayaan Natal dan Tahun Baru kali ini diproyeksikan lebih rendah dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya sebagai dampak dari adanya keterbatasan kegiatan perekonomian, namun keberadaan pembangkit listrik harus tetap siaga untuk menjaga stabilitas pasokan listrik yang andal.

"Melalui Perusahaan Listrik Negara, pemerintah selalu siaga dalam menjaga pasokan serta melakukan inspeksi instalasi di rumah ibadah dan fasilitas umum lainnya di tengah kesulitan dan keterbatasan akibat pandemi," ujarnya.

Agar proses pelayanan bekerja secara optimal, ia mengimbau kepada para jajaran manajerial dan para pekerja di lapangan untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan (prokes) secara ketat.

"Akhir-akhir ini tingkat penyebaran makin meningkat, saya meminta agar semua pekerja benar-benar memperhatikan prokes. Jangan lelah dan lengah dengan tata cara yang diterapkan," ungkap Arifin.

Arifin berharap PLN berkomitmen untuk terus menjaga keandalan pasokan listrik, tidak hanya di PLTU Suralaya, tapi juga di seluruh unit operasinya dan selalu memberikan siaga dalam memberikan pelayanannya.

Sebagai informasi, PLTU Suralaya menopang 12%-14% sistem Jawa-Bali. Dengan transmisi sebesar 500kV, pembangkit tersebut mengonsumsi batu bara kurang lebih 35.000 ton yang dipasok dari enam perusahaan batu bara, yaitu PT Adaro Indonesia, PT Artha Daya Coalindo, PT Berau Coal, PT Bukit Asam, PT Oktasan Baruna, dan PT PLN Batubara.

Wakil Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLTU Suralaya dinilai lebih kompetitif dibandingkan PLTU yang dibangun oleh produsen listrik swasta (Independent Power Producer/ IPP).

Dia mengatakan, berdasarkan perhitungan internal Indonesia Power, Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik yang dihasilkan PLTU Suralaya lebih murah.

"Total BPP dari fixed dan variable cost unit 1-7 hanya sekitar Rp 530,1/ per kWh. Sementara dari PLTU IPP rata-rata di atas Rp 800 per kWh," kata Darmawan.

Arifin menilai, dengan biaya yang efisien akan menciptakan industri yang kompetitif.

"Salah satu komponen kompetitif itu energi. Makanya, PLN harus bisa bersaing tidak hanya sebatas penyedia energi, tapi bisa sebagai pendukung industri," jelasnya.

Ke depannya, PLN akan menargetkan implementasi co-firing biomassa pada PLTU Suralaya sebagai bagian dari dukungan atas percepatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).

"Secara sustainability dari lingkungan hidup juga bagus, makanya beberapa kali mendapatkan proper emas," tegas Darmawan.

Menanggapi hal tersebut, Arifin menegaskan upaya PLN ini sebagai langkah positif dalam dunia pergaulan internasional.

"Itu bagian dari komitmen dunia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan CO2. Kalau tidak melaksanakan komitmen tersebut, kita terpojokkan dalam dunia internasional," tegasnya.

Menurut Arifin, saat ini banyak negara-negara besar seperti Tiongkok dan India yang dikenal sebagai pengguna batu bara mulai beralih ke EBT.

"Banyak negara maju memindahkan dana pendanaan PLTU. Pemanfaatan batu bara ditutup. Tiongkok yang relatif besar-besaran menggunakan batu bara mulai berubah," ungkapnya.

Salah satu antisipasi yang dilakukan Kementerian ESDM, sambung Arifin, yaitu memasukkan EBT sebagai bagian dari bauran energi nasional dalam porsi besar.

"Perkembangan teknologi baru yang ada sekarang ini menunjukkan EBT terutama energi surya semakin kompetitif. Mitigasi EBT ini jadi jalan yang tepat," kata Arifin.

Kendati begitu, Arifin mengungkapkan penggunaan batu bara tidak serta merta hilang dari bauran energi nasional.

"Batu bara adalah simpanan kita di saat energi fosil lain habis. Ke depannya batu bara tetap dipakai, hanya di mulut tambang. Jadi memang dalam proses perencanaan energi perlu melihat aspek yang lain," pungkasnya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular