Internasional

10 Bisnis Ritel Bangkrut Gegara Pandemi

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
28 December 2020 15:29
Neiman Marcus  Virus Outbreak California
Foto: AP/Jae C. Hong

J.C. Penney

Aset: Lebih dari US$ 5 miliar

Utang: Lebih dari US$ 10 miliar

Total toko pada saat pengajuan kebangkrutan: 846

Menyusul lebih dari satu abad dalam bisnis dan penurunan penjualan selama bertahun-tahun, J.C. Penney mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 pada pertengahan Mei. Dibebani oleh utang, retail ini berjuang jauh sebelum pandemi, tetapi krisis Covid-19 memperburuk masalahnya.

Penney, yang mempekerjakan sekitar 90.000 pekerja penuh dan paruh waktu pada Februari, telah menutup lebih dari 150 lokasi sejak pengajuan kebangkrutannya. Sebanyak 15 toko lainnya akan tutup pada Maret, katanya awal Desember lalu.

Di sisi lain, rantai department store ini diberi kesempatan lagi dengan pemilik baru, yakni Simon Property Group dan Brookfield Asset Management. Setelah berbulan-bulan negosiasi di ruang sidang, kedua pemilik mal mengakuisisi Penney pada awal Desember 2020, mempertahankan lebih dari 60.000 pekerja.

Namun masa depan Penney masih bergantung pada pembeli yang kembali ke mal untuk membeli gaun, sepatu, dan tas. Dan tahun ini telah membuktikan bahwa itu akan menjadi pertempuran yang sulit bag

Neiman Marcus

Aset: Lebih dari US$ 5 miliar

Utang: Lebih dari US$ 5 miliar

Total toko pada saat pengajuan kebangkrutan: 67

Rantai toko serba ada kelas atas mengajukan kebangkrutan pada awal Mei, menandai salah satu ritel paling terkenal yang runtuh selama pandemi. Setelah menghilangkan miliaran utang, Neiman membawa dewan direksi baru yang mencakup mantan Ketua LVMH Amerika Utara Pauline Brown dan mantan Chief Strategy Officer eBay Kris Miller, dengan Geoffroy van Raemdonck tetap sebagai CEO.

Sebagai bagian dari restrukturisasi, Neiman telah menutup beberapa toko, termasuk toko besar di Hudson Yards di New York yang hampir tidak dibuka selama setahun. Selama tiga tahun ke depan, perusahaan telah mengalokasikan lebih dari US$ 160 juta untuk diinvestasikan di tokonya, termasuk merenovasi toko andalannya di Dallas.

Neiman berharap dapat menikmati rebound yang kuat dari pasar mewah, karena konsumen berpenghasilan tinggi berbelanja lebih banyak untuk diri mereka sendiri, dengan penundaan perjalanan dan kegiatan sosial lainnya.

Guitar Center

Aset: Lebih dari US$ 1 miliar

Utang: Lebih dari US$ 1 miliar

Total toko pada saat pengajuan kebangkrutan: sekitar 300

Guitar Center memulai bisnisnya di Hollywood pada 1950-an dengan menjual home organ, dan tumbuh menjadi retail ternama dalam kategori musik. Tetapi penutupan toko sementara akibat pandemi merugikan perusahaan, karena tidak sedikit pembeli yang beralih ke internet dibandingkan membeli instrumen dan lembaran musik. Retail musik yang mempekerjakan sekitar 13.000 orang ini mengajukan kebangkruran pada akhir November.

Tujuannya untuk pulih di tahun baru mulai terbentuk. Pada awal Desember, rencana restrukturisasi Guitar Center disetujui oleh hakim pengadilan, dan diperkirakan akan keluar dari kebangkrutan pada 31 Desember. Pengecer dan pemangku kepentingan mencapai kesepakatan restrukturisasi yang memotong hutangnya hampir US$ 800 juta dan mengumpulkan sebanyak US$ 165 juta dalam ekuitas baru.

"Dengan posisi keuangan kami yang diperkuat, kami akan terus berinvestasi kembali dan mengembangkan bisnis kami," kata CEO Ron Japinga dalam sebuah pernyataan. "Kami mendekati akhir musim liburan yang sukses dan saya sangat senang dengan masa depan cerah kami."

Tailored Brands

Aset: Lebih dari US$ 1 miliar

Utang: Lebih dari US$ 1 miliar

Total toko pada saat pengajuan kebangkrutan: 1.400

Tailored Brands, pemilik Men's Wearhouse dan Jos. A. Bank, mengajukan kebangrutan pada Agustus, berharap dapat mengurangi utang dan memperkuat keuangannya yang terkikis oleh pandemi.

Pengajuan Tailored Brands adalah salah satu dari serangkaian kecelakaan ritel pakaian yang disalahkan pada sosialisasi bekerja dari rumah di perusahaan Amerika dan lebih sedikit pria yang membeli jas dan dasi. Sekitar sebulan sebelum pengajuan kebangkrutannya, Tailored Brands mengumumkan rencana untuk menutup sebanyak 500 toko dari waktu ke waktu. Itu juga memangkas tenaga kerja korporatnya sebesar 20%.

Pada awal Desember, perusahaan mengumumkan telah berhasil keluar dari Bab 11 dan menghapus US$ 686 juta dari hutang yang ada. Melihat ke masa depan, Presiden dan CEO Dinesh Lathi mengatakan perusahaan berencana untuk menyesuaikan barang dagangannya dan meluncurkan kemitraan merek baru.

Halaman 3>>

(sef/sef)
Next Page
Halaman 3
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular