
Ekonomi Bangkit, Kebutuhan BBM Bakal Melonjak 13% di 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memproyeksikan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) pada 2021 mendatang akan naik 12,9% menjadi 80 juta kilo liter (kl) dibandingkan 2020 yang diperkirakan hanya sekitar 70,8 juta kl.
Hal itu disampaikan Komite BPH Migas Henry Achmad dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (28/12/2020).
Henry mengatakan, secara umum BPH Migas optimis bila konsumsi BBM akan merangkak naik. Terhitung sejak Oktober 2020, menurutnya sudah mulai ada peningkatan permintaan BBM oleh industri dan transportasi darat.
"Kita agak optimis, mungkin tidak seperti dulu. Mulai merangkak ke arah yang lebih baik. Dari Oktober, kelihatan permintaan BBM kembali (naik)," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (28/12/2020).
Meski kebutuhan pada 2021 akan naik dibandingkan tahun ini, namun menurutnya masih akan lebih rendah dibandingkan kebutuhan pada 2019 lalu yang mencapai 81,4 juta kl.
"2020 70,8 juta kl, turun 13% dibandingkan 2019," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, persediaan atau stok BBM aman dalam menghadapi lonjakan kebutuhan BBM pada tahun depan. Dengan harga minyak sebelumnya sangat rendah akibat konsumsi turun, menurutnya ketersediaan stok BBM di badan usaha penyalur BBM masih cukup baik guna menghadapi pertumbuhan di 2021 mendatang.
Henry menyebut, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan badan usaha terkait ketersediaan stok BBM.
"Sebagaimana kita sampaikan 2020 kemarin harga minyak rendah, kita minta mereka mencadangkan, penuhi tangki-tangki mereka, dengan demikian ini bisa antisipasi di 2021, khususnya triwulan I di 2021, industri tidak usah khawatir stok BBM," jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyebut ada tiga hal yang berdampak signifikan pada bisnis Pertamina akibat pandemi Covid-19 ini, salah satunya penurunan penjualan bahan bakar minyak (BBM).
Nicke mengatakan, penjualan BBM perseroan turun signifikan, terutama saat diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kota-kota besar di Tanah Air. Dia menyebut, penjualan BBM DKI Jakarta anjlok sampai 57%, sementara secara nasional penurunannya sebesar 26%.
"Di masa PSBB kota-kota besar seperti Jakarta penurunan demand masyarakat terhadap BBM sampai 57% dan secara nasional terjadi penurunan 26%. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah pukulan yang sangat keras bagi Pertamina," jelasnya dalam sebuah diskusi dengan Lemhanas secara virtual pada Selasa (6/10/2020).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fakta-fakta Seputar Cadangan BBM yang Ternyata Masih Imbauan