Alert! Pengalaman Membuktikan, Liburan Bikin Corona Menggila

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
24 December 2020 20:15
Rapid TestĀ Antigen dan PCR di Shelter Kalayang Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta
Foto: Antrean calon penumpang pesawat yang akan melakukan Rapid Test Antigen dan PCR di Shelter Kalayang Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Senin (21/12/2020). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 bermula di China, yang menjalar mengikuti liburan Tahun Baru Imlek. Suka tidak suka, virus tersebut diuntungkan oleh kebiasaan berlibur manusia modern. Masyarakat harus lebih mawas pandemi selama musim liburan akhir tahun ini.

Semuanya berawal di Wuhan (provinsi Hubei), salah satu kota manufaktur terpenting di China, ketika 5 juta orang warga kota tersebut bersiap mengikuti perayaan "hari Lebaran-nya" masyarakat komunis tersebut yakni Tahun Baru China (Imlek) yang diikuti libur sepekan.

Imlek sampai saat ini memang menjadi ajang mudik terbesar di dunia, dengan ratusan juta orang bepergian untuk mengunjungi keluarga, kerabat, dan handai tolan. Kala itu, arus mudik memang sudah mulai masif pada pertengahan Januari, dan perayaan Imlek sudah bermunculan.

Momen imlek inilah yang memicu kluster baru di Wuhan ketika pemerintah provinsi Hubei menggelar ajang festival makanan Imlek, dengan mengumpulkan 40.000 orang di ajang 'makan bareng' demi mencetak rekor Guinness pada 21 Januari 2020.

Ajang ini tetap digelar meski pasien pertama virus Covid-19 teridentifikasi, tetapi belum diketahui bahwa ada penyebaran virus dari udara (airborne). Festival ini juga tetap digelar bahkan setelah pasien pertama di luar negeri yakni Thailand dan Jepang teridentifikasi.

Baru setelah muncul 270 kasus infeksi di Hubei, pemerintah China melakukan karantina wilayah penuh (total lockdown) pada 23 Januari, guna mencegah arus mudik lebih jauh meninggalkan wilayah tersebut. Pemerintah China mencabut lockdown tersebut pada 8 April, alias 76 hari.

Nun jauh dari China, yakni di Eropa, epidemi Covid-19 terjadi setelah libur sekolah selama sepekan pada 17-21 Februari. Epidemolog Universitas Oxford Zhengming Chen dalam laporannya yang terbit di jurnal Du Plessis (2020) menyebutkan klaster resor ski Italia dan tempat liburan Spanyol memicu penyebaran virus corona hingga ke Inggris.

Hal serupa juga terjadi di Kanada dan Amerika Serikat (AS) di mana ada kenaikan kasus Covd-19 setelah hari Libur Thanksgiving yang berjalan dari 12 Oktober (Kanada) dan 26-29 November (di AS). Di AS sendiri ada 26 juta pelancong selama musim libur tersebut.

Hasilnya, baik di Kanada pada Oktober maupun di AS pada November terjadi kenaikan kasus Covid-19. Kanada mencatat lompatan kasus infeksi baru hingga 2.000 orang sehari, sedangkan AS melaporkan lompatan jumlah kasus infeksi hingga 20% (180.00 orang sehari) selama 2 pekan setelah musim liburan.

Indonesia juga mencetak lonjakan kasus Corona ketika pemerintah mengumumkan cuti bersama libur panjang pada 28 Oktober hingga 1 November. Dua minggu setelah musim liburan, terjadi lonjakan kasus di beberapa tempat, terutama di Jawa Timur.

Menurut data Kementerian Kesehatan, pada awal November setelah musim liburan tersebut terlihat ada kenaikan kasus baru, hingga menyentuh level psikologis 4.000 per hari. Pada 14 November, tepat dua pekan setelah liburan, negeri ini untuk pertama kali mencatat kasus baru infeksi Corona di angka 4.000, tepatnya 4.023 orang.

Salah satu lonjakan kluster libur panjang terjadi di Jawa Timur, di mana Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jatim, mencatat tambahan 471 pasien dalam sehari menjadi 57.237 orang (18 November).

Daerah yang menjadi sorotan terkait penambahan kasus Covid-19 di Jatim adalah Lumajang yang balik ke zona merah. Angka Jember dan Trenggalek juga naik tinggi di mana pasien terkonfirmasi positif Covid-19 baru di tiga daerah tersebut didominasi klaster keluarga akibatĀ libur panjang.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Februari mengumumkan bahwa klaster keluarga berisiko menjadi pemicu utama penyebaran virus. Mengacu pada kasus di China, 85% infeksi terjadi di tingkat keluarga.

Studi yang lain di Wuhan menyebutkan bahwa satu orang yang terinfeksi Covid-19 berpeluang menulari setidaknya sepertiga dari anggota keluarga yang ada. Penularan di kluster keluarga tidak lain dipicu oleh aktivitas silaturahim untuk hari istimewa (Imlek, untuk kasus di China).

Menurut temuan terbaru, virus tersebut bersifat airborne, yang berarti mudah ditularkan di dalam ruangan, baik melalui aktivitas berbincang, batuk, dan bahkan bernafas seperti biasa. Di dalam suhu ruangan, virus bisa bertahan hingga lebih dari 1 jam.

Kini, 265 juta penduduk Indonesia bakal menghadapi libur Natal dan Tahun Baru. Pemerintah telah belajar dari kesalahan kluster liburan akhir Oktober, dengan membatalkan cuti bersama Natal dan Tahun Baru yang semula direncanakan bersambung selama sepekan penuh.

Untuk mencegah risiko itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS telah mengingatkan warga dunia untuk lebih mawas pandemi: jangan mengunjungi pihak yang rentan jatuh karena Corona (usia lanjut, memiliki penyakit komplikasi, dll) dan hindari zona merah.

Namun, sebagian dari masyarakat tetap bepergian untuk menikmati liburan akhir tahun. Risiko peningkatan kasus Corona di awal tahun 2021 amat sangat layak diantisipasi, terutama mengingat rendahnya kesadaran masyarakat akan protokol kesehatan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada! Pandemi Mirip Covid Diramal Muncul Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular