Faisal Basri Respons Positif Menkes Baru: Ada Harapan!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
24 December 2020 12:40
Faisal Basri. (CNBC Indonesia/Anisatul Umah)
Foto: Faisal Basri. (CNBC Indonesia/Anisatul Umah)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (BGS) baru saja dilantik menggantikan Terawan. Menanggapi pergantian jabatan Menkes di masa Pandemi ini Ekonom Senior Faisal Basri sebut sebagai secercah harapan baru dalam penanganan Covid-19.

Sehingga akhirnya pemulihan ekonomi nasional (PEN) bisa terwujud. Pemerintah sendiri menargetkan awal Januari 2021 bisa melakukan vaksinasi. Sehingga diharapkan ekonomi akan segera kembali pulih.

"Ada secercah harapan penanganannya, akan lebih seksama dengan Pak Budi Gunadi Sadikin menjadi Menteri Kesehatan. Dia tahu apa yang harus dia lakukan berdasarkan sains dan data, karena selain profesional, dia juga sigap dan orang pembelajar," kata Faisal Basri dalam diskusi virtual Indef, dikutip Kamis (24/12).

"Jadi dengan dibantu oleh para ahli yang mumpuni, Insya Allah kita memiliki path (jalan) yang lebih jelas untuk mengatasi virus ini," kata Faisal melanjutkan.

Faisal menyarankan kepada Budi untuk gencar melakukan tracing, treatment, dan test (3T) kepada masyarakat. Jangan jadikan vaksinasi sebagai hal yang diprioritaskan, karena hingga saat ini belum jelas apakah vaksin yang sudah dipesan oleh Indonesia efektif atau tidak mengurangi penularan virus.

Dengan gencar melakukan 3T, kata Faisal, perlahan aktivitas ekonomi bisa berjalan. Bahkan mungkin, Indonesia akan bisa menyusul Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand, serta Laos yang sudah menerapkan sekolah dengan tatap muka.

Melalui 3T juga akan menambah kepercayaan warga negara asing (WNA) untuk mau datang ke Indonesia. Dari catatan Faisal, saat ini WNA yang percaya diri untuk datang ke Indonesia hanya 22%. Menurut Faisal sebenarnya WNA yang datang ke Indonesia itu hanya yang memiliki kebutuhan mendesak.

"Vaksin masih belum jelas, fase tiga belum diumumkan. Dan Sinovac (vaksin yang sudah di Indonesia) ini menegaskan bahwa efektivitasnya belum diketahui. Jadi kita masih beli kucing dalam karung," tuturnya.

"Jadi solusinya apa? Ini yang kita harapkan dari menteri (Menkes Budi Gunadi) yang baru testing dipergencar," kata Faisal melanjutkan.

Faisal berpandangan jika vaksin itu nomor dua. Nomor satu itu adalah testing dan kontak tracing, serta menjaga kapasitas public health system kita tidak collapse.

Seperti diketahui, sebanyak 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 produksi Sinovac telah tiba di Indonesia pada awal Desember 2020 lalu. Uji coba fase 3 dari Sinovac baru terlaksana di Brazil.

Vaksin Covid-19 asal Sinovac itu belum bisa digunakan karena BPOM belum menerbitkan izin daruratnya atau EUA. BPOM menyebut EUA dapat digunakan dalam kondisi darurat ketika tidak ada lagi alternatif terapi yang sudah berizin.

Pesan Faisal ke BUMN, Pandemi Jangan Jadi Ladang Bisnis!

Faisal Basri memperingatkan agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk tidak mengambil 'jalan pintas' meraih keuntungan di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

"Jangan mengais barang tidak legal dalam kondisi ini, BUMN. Jangan pandemi ini dijadikan peluang bisnis buat BUMN. Itu zalim namanya," ujarnya.

Seperti diketahui, BUMN turut banyak berkontribusi dalam penanganan Covid-19 saat ini. Misalnya dengan memproduksi obat-obatan atau vaksin virus corona.

PT Bio Farma (Persero) sebagai induk holding BUMN sektor farmasi 'keroyokan' memproduksi obat untuk penanganan Covid-19. Melalui dua anggotanya, yakni PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk, mereka memproduksi obat yang siap untuk digunakan.

PT Bio Farma juga bekerja sama dengan Sinovac agar Bio Farma bisa memproduksi vaksin yang bernama CoronaVac. Oleh karena itu, uji klinis fase III dilakukan di Indonesia.

Untuk pengujian klinis di Indonesia, Bio Farma bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran untuk menyiapkan uji klinis vaksin Covid-19, yang sudah mulai dilakukan uji klinis pada 14 Agustus lalu dan disuntikan kepada 1.620 relawan di Kota Bandung.

BUMN juga diberikan mandat untuk melakukan program vaksinasi untuk 75 juta populasi dengan kebutuhan vaksin 150 juta dosis. Saat ini, melalui Bio Farma, Indonesia telah melakukan pemesanan sebanyak 155 juta dosis, dengan adanya potensi tambahan 116 juta dosis.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masker Dilepas: Menkes Sebut Imun Orang RI Kuat Varian Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular