
Sederet Fakta Libur Panjang Bikin Kasus Covid-19 Meledak

Jakarta, CNBC Indonesia- Semasa masa pandemi Covid-19 Indonesia telah melewati tiga kali libur panjang yang diikuti oleh kenaikan kasus positif. Adapun ketiga libur panjang yang telah dilewati yakni pada Mei, Agustus, dan Oktober 2020.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah menjabarkan pada libur panjang pertama pada Mei, kenaikan kasus terjadi pada awal hingga akhir Juni sekitar 70-90%. Dari sebelumnya 600 per hari menajdi 1.100 per hari penambahan rata-rata kasusnya hariannya.
Kedua pada Agustus, libur hari kemerdekaan dan libur panjang 20-23 Agustus. yang lebih panjang dibandingkan sebelumnya. Kemudian pada pekan pertama sampai akhir September jumlah kasus naik terus yang disertai dengan kenaikan angka positivity rate-nya naik. Kenaikan kasus pada Libur panjang Agustus terdapat jeda 10-14 hari setelah masa libur panjang berakhir.
Ketiga pada Oktober, ketika itu pada saat libur panjang positivity rate dan angka kasus positif menurun karena adanya penurunan pemeriksaan. Dewi mengatakan saat libur panjang positivity rate nasional 13,44%, namun setelah libur panjang, ketika pemeriksaan bertambah psoitivity rate dan kasus positif pun naik.
Positivity rate adalah jumlah yang positif dari jumlah org yang diperiksa berarti laju penularannya semakin tinggi di daerah tersebut. Dua pekan setelah libur panjang positivity rate-nya malahan turun 12,53% kemudian naik lagi setelah pekan ketiga setelah libur panjang.
"Pada level nasional dampak libur panjang baru dimulai saat dimulainya pekan ketiga setelah libur panjang berakhir, bahkan mencapai 17% positivity ratenya. Belum lagi ada kerumunan yang terjadi setelah libur panjang yang meningkatkan angka penularan," kata Dewi, Rabu (16/12/2020).
Pada 2 pekan lalu secara nasional, Indonesia sudah hampir mencapai target pemeriksaan WHO yakni 96% , sehingga ketika jumlah testing diperbanyak maka kasus positif semakin tinggi. Dewi menegaskan libur panjang bukan cuma satu-satunya yang berpengaruh padan kenaikan kasus positif, melainkan ada juga variabel lain.
Dia mencontohkan peningkatan mobilitas masyarakat di masa libur panjang. Semakin tinggi mobilitas masyarakat dari satu tempat ke tempat lain, dan bergerak di saat yang bersamaan maka akan terjadi potensi kerumunan.
"Kemudian harus dilihat apakah protokol kesehatan (#pakaimasker #jagajarak dan #cucitangan) ini diterapkan atau tidak, ada kondisi yang sulit dijalani ketika kerumunan semakin banyak. Ketidakpatuhan 3M akan meningkatkan penularan. Kalau libur #dirumahaja ga masalah tetapi jika ada mobilitas dan kerumunan ada ketidakpatuhan maka muncul penularan," ujarnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak
