Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil pada bulan November lalu tercatat mengalami kenaikan. Namun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya penjualan mobil tahun ini masih lebih rendah.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (GAIKINDO) menunjukkan volume mobil yang terjual di bulan lalu sebanyak 53.844 unit, naik 9,85% dibanding bulan Oktober yang tercatat mencapai 49.018 unit. Namun penjualan mobil bulan lalu masih lebih rendah 41% dibanding November 2019 yang mencapai 91.240 unit.
Volume penjualan mobil terlihat mulai meningkat sejak Juni. Adanya pelonggaran PSBB di berbagai tempat turut menggerakkan roda perekonomian nasional. Mobil merupakan salah satu barang tahan lama yang banyak dibeli melalui kredit.
Pelonggaran PSBB juga membuat penyaluran kredit sedikit terdongkrak. Namun pelonggaran yang ada belum bisa membuat volume penjualan mobil pulih. Selisih penjualan antara tahun 2019 dan 2020 mulai menipis. Hanya saja kontraksinya masih di atas 30%.
Selama 11 bulan tahun 2020 berjalan total penjualan mobil di Tanah Air mencapai 474.908 unit atau 50% lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 942.462 unit.
Berkaca pada tahun lalu, volume penjualan mobil dalam setahun mencapai puncaknya pada Oktober. Kemudian setelah itu volume penjualan cenderung turun. Bulan Desember 2019 volume penjualan mobil tak sampai 90 ribu unit.
Untuk tahun ini kemungkinan penjualan mobil di penghujung tahun juga tak akan bisa naik banyak. Apalagi di tengah adanya kemungkinan pengetatan PSBB di daerah-daerah Jawa terutama di ibukota DKI Jakarta.
GAIKINDO baru-baru ini menurunkan perkiraan penjualan mobil untuk tahun 2020 menjadi 525 ribu unit. Turun dari perkiraan sebelumnya di angka 600 ribu unit tahun ini. Padahal jumlah itu sudah direvisi dari proyeksi awal di angka 1 jutaan unit.
Sebelumnya sempat santer terdengar bahwa pemerintah akan membebaskan pajak kendaraan roda empat ini. Namun rumor tersebut segera dibantah oleh pemangku kebijakan. Menteri Keuangan Sri Mulyani menolak usulan pajak mobil nol persen.
Dalam rilis terbarunya Fitch Ratings punya prediksi yang tidak mengenakkan terkait penjualan kendaraan roda empat (mobil) di Tanah Air untuk tahun depan. Menurutnya volume penjualan di tahun 2021 belum bisa mencapai level 2019.
"Daya beli yang lemah dan pengangguran yang meningkat akibat pandemi virus corona akan membatasi permintaan mobil, sementara kemungkinan pembatasan pergerakan yang lebih besar akan menghambat pemulihan," tulis Fitch Ratings dalam rilisnya.
Menurut Fitch Ratings, inisiatif pemerintah untuk merangsang permintaan otomotif seperti kebijakan penurunan pajak kemungkinan besar tidak cukup untuk mengimbangi dampak pandemi pada permintaan mobil domestik.
Fitch memperkirakan penjualan domestik kendaraan roda empat pada 2021 tetap 30% sampai 40% lebih rendah dari pada 2019 atau kurang dari 700.000 unit. Meskipun ada perbaikan sejak Juni 2020, permintaan fundamental tetap lemah.
Ketidakpastian yang berkepanjangan akibat pandemi akan membuat konsumen membatasi pengeluarannya untuk barang-barang mewah dan tahan lama termasuk pembelian mobil.
Pemulihan permintaan juga melambat. Hal ini terlihat dari penjualan grosir yang relatif datar pada Oktober 2020 dan penjualan eceran hanya tumbuh 6% dari bulan sebelumnya.
Jumlah infeksi virus corona di Indonesia telah meningkat baru-baru ini, dengan kasus harian mencapai angka tertinggi 5.000-6.000 dalam beberapa hari terakhir. Tentu ada kekhawatiran hal ini akan membuat pemerintah mengambil kebijakan rem darurat yang bakal semakin menekan permintaan mobil.
Lebih lanjut Fitch menerangkan bahwa penurunan suku bunga Bank Indonesia baru-baru ini tidak akan mendongkrak penjualan mobil karena pelanggan cenderung menunda pembelian dalam jumlah besar di tengah ketidakpastian seputar pemulihan ekonomi.
Biaya pinjaman yang lebih rendah biasanya akan mendorong pembelian karena 70% - 80% pembelian otomotif di Indonesia dilakukan dengan menggunakan kredit.
Namun nyatanya lima kali pemangkasan suku bunga bank sentral pada tahun 2020 yang membuat suku bunga acuan menjadi 3,75% tidak menghasilkan pemulihan penjualan yang signifikan.
Selain permintaan dari sisi konsumen yang lemah, penyaluran kredit oleh perbankan dan lembaga keuangan juga cenderung melambat. Bank dan leasing cenderung lebih selektif dalam penyaluran kreditnya.
Sementara itu untuk pemulihan pasar mobil bekas akan lebih didorong oleh keterjangkauan harga relatif terhadap kendaraan baru karena beberapa konsumen dengan daya beli yang berkurang beralih ke kendaraan pribadi dari transportasi umum.
TIM RISET CNBC INDONESIA