
Kejenuhan Bikin Masyarakat Makin Abai Protokol Kesehatan

Jakarta, CNBC Indonesia- Satgas Penanganan Covid-19 menyebutkan kejenuhan masyarakat menjadi salah satu faktor berbahaya dalam penanganan pandemi ini, karena bisa menimbulkan sikap abai terhadap protokol kesehatan.
Hal ini terlihat dari momen libur panjang di akhir Oktober, angka kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan #pakaimasker, #jagajarak, dan #cucitangan dengan sabun semakin merosot.
"Dalam 9 bulan terakhir ada kejenuhan di masyarakat ini yang berbahaya, kejenuhan di rumah dan begitu libur panjang berlibur mereka tidak lagi memperhatikan protokol kesehatan. Kejenuhan ini yang sangat berbahaya," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny B.Harmadi, Rabu (16/12/2020).
Satgas pun menurutnya terus melakukan monitoring perubahan perilaku dan kepatuhan pada protokol kesehatan. Pada Agustus-September angka kepatuhan protokol kesehatan semakin meningkat, namun merosot setelah libur panjang pada Oktober. Padahal kepatuhan memakai masker tadinya sudah di atas 85% dan saat ini turun terus
"Baru seminggu terakhir ini kita dorong lagi, kita mencoba menjaga kepatuhan lagi dan naik lagi. Awal Desember tren kepatuhan naik lagi tapi kalau kita masih fluktuatif kepatuhannya seperti ini maka ada risiko kasus yang semakin besar dan belum selesai," ujar Sonny.
Sonny menceritakan pada awal Maret ketika diumumkan kasus pertama masyarakat begitu tertib menjaga diri dan menjalan protokol kesehatan. Seiring berjalannya waktu berjalan waktu diketahui penyakit ini lebih berbahaya pada yang berusia lanjut dan memiliki komorbid, sehingga yang berusia muda cenderung abai. Apalagi semakin lama masa pandemi ini pun membuat masyarakat semakin jenuh dan kepatutan protokol kesehatan pun menurun.
"Kita ada duta perubahan perilaku 48 ribu kami ingatkan secara masif dr door to door diedukasi dan sudah 2,8 juta orang diedukasi ini menjelaskan betapa bahayanya covid-19 dan cerita penyintas," katanya
Dia mengatakan dalam pandemi ini bisa belajar dari Flu Spanyol yang menelan 50 juta korban jiwa. Sonny menyebutkan pada mulanya mereka pun patuh terhadap protokol kesehatan, namun karena hal tersebut berlangsung sangat lama masyarakat pun jenuh. Tingginya angka kematian pada flu Spanyol justru terjadi pada gelombang kedua, dimana korban Indonesia menelan korban 4 juta orang.
"Strategi satgas adalah memutus rantai penularan dan menempatkan masyarakat menjadi ujung tombak kalau tadinya kita pada penanganan kesehatan tetapi sekarang tidak bisa karena keterbatasan tenaga medis. Sehingga ujung tombaknya mencegahnya yang jauh lebih mudah dan murah, kita menempatkan perubahan perilaku sebagai strategi utama," kata dia.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak