
"Mahathir Is Back", Jadi Perdana Menteri Malaysia Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengadakan konferensi pers bersama. Ia mengumumkan bahwa siap membentuk koalisi baru jika parlemen negara tersebut gagal mengeluarkan anggaran pada hari Selasa (15/12/2020) ini.
Dikutip dari South China Morning Post, Mahathir memperkenalkan koalisinya sebagai "pemerintahan persatuan" seraya mengatakan kesiapannya menjadi perdana menteri (PM) kembali. "Anda bisa menyebutnya 'pemerintahan persatuan' jika Anda mau. Kalau saya punya cukup suara, saya tidak keberatan jadi PM," kata Mahathir.
Selain itu Mahathir yakin bahwa koalisi barunya ini telah menemukan siasat baru dalam menghadapi permasalahan negara ke depan
"Kami telah membahas [menemukan] cara untuk kembali sebagai negara progresif lagi. Kami menyadari bahwa negara kami memiliki terlalu banyak masalah... Semua yang ada di pemerintahan [di dalamnya] untuk keuntungan politik dan gaji besar mereka sendiri.Kita perlu membuat kebijakan untuk memajukan negara dan bukan untuk partai kita sendiri dan bukan untuk diri kita sendiri," ujar pria yang sering disapa Chedet ini.
Koalisi ini dikatakan tidak akan memasukkan oposisi Pakatan Harapan dalam gerbong baru ini. Ia juga mengatakan mereka tidak akan bekerja dengan anggota parlemen dari Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang diadili di pengadilan.
Mahathir pun menegaskan tak akan bekerja dengan Anwar Ibrahim, ketua oposisi Partai Keadilan Rakyat. Karena mantan anak didiknya itu belum menjalin komunkasi dengannya.
Selain itu ia menambahkan bahwa dia tidak ingin bekerja dengan anggota parlemen yang tercemar skandal seperti sesama mantan perdana menteri Najib Razak atau Presiden Umno Ahmad Zahid Hamidi bahkan jika mereka memilih menentang anggaran Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.
"Mereka dapat memberikan suara menentang Anggaran 2021 tetapi mereka tidak akan menjadi bagian dari pemerintahan baru," kata pria yang pernah menjadi pemimpin tertua di dunia itu.
Malaysia mengalami gejolak politik yang cukup besar. PM Muhyiddin diprediksi akan kehilangan dukungan parlemen mengenai rancangan APBN 2021.
(sef/sef) Next Article Anwar Ibrahim Klaim Jadi PM Malaysia, Didukung Mahathir?
