
AS Buat Pening China 7 Keliling, Kapal Perang LCS, & Prabowo

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) terus menekan China di Laut China Selatan (LCS). Washington berusaha keras untuk menghentikan Beijing dari eksplorasi yang lebih luas di jalur vital maritim dunia itu.
Sebagaimana diketahui melalui konsep 'sembilan garis putus-putus', China mengklaim 80% wilayah LCS. AS masuk dan 'mencampuri' urusan kawasan dengan dalih kebebasan navigasi dan sekutu.
Tidak hanya tekanan militer, AS di bawah komando Presiden Donald Trump juga menekan China dengan sanksi ekonomi. Selain itu, AS juga mengirimkan pejabat tinggi Pentagon ke beberapa negara seperti Indonesia dan Filipina untuk mengeratkan kembali hubungan pertahanan dan keamanan di LCS.
Berikut fakta-fakta tekanan AS ke China di LCS:
1. Mengirimkan Armada Tempur
Kapal peran AS dilaporkan mulai bergerak memasuki LCS. Terdapat dua kapal perang AS yang dilaporkan memasuki perairan itu melalui Filipina
Dikutip dari GlobalNews, dari data pelacakan yang dirilis oleh South China Sea Strategic Situation Probing Initiative (SCSPI), Kelompok Siap Amfibi (ARG) memasuki LCS pada hari Minggu (6/12/2020).
"Kapal-kapal tersebut adalah USS Makin Island yang berlayar dari arah Filipina utara dan USS Somerset yang masuk dari Filipina selatan," tulis media China itu mengutip organisasi yang berbasis di Beijing, Senin (7/12/2020).
Analis China melihat langkah tersebut sangatlah provokatif. Zhang Junshe, seorang peneliti senior di Institut Penelitian Studi Militer Angkatan Laut PLA, mengatakan bahwa langkah AS itu merusak perdamaian di kawasan.
"Masuknya kapal perang AS ke Laut China Selatan sekali lagi menunjukkan bahwa AS adalah perusak perdamaian dan stabilitas regional, dan tidak disambut baik oleh negara-negara kawasan yang baru saja bergabung dalam kerangka RCEP dengan China," tutur Zhang.
Sebelumnya AS juga pernah mengirimkan pesawat intai untuk melihat kegiatan China yang melakukan beberapa pembangunan dan eksplorasi di wilayah sengketa kepulauan Spratly dan Paracel.
Halaman 2>>
2. Temui Prabowo dan Galang Kerjasama Dengan Indonesia
Pelaksana Tugas (Plt) Christopher Miller mengunjungi Indonesia pada Senin (7/12/2020). Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama dari rangkaian kunjungan penguasa Pentagon itu di kawasan Indo-Pasifik.
Dalam kunjungannya di Jakarta, ia menemui Menhan Prabowo Subianto. Dalam rilis yang diberikan Kementerian Pertahanan AS, kunjungan ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama keamanan di wilayah Laut China Selatan (LCS) dan wilayah Indo-Pasifik lainnya.
"Dalam semua pertemuan tersebut, Menhan menekankan pentingnya Departemen Pertahanan menempatkan kemitraan bilateral dan dalam taman Laut Cina Selatan yang bebas dan terbuka serta kawasan Indo-Pasifik," tulis rilis itu.
Meski Indonesia bukan negara penuntut di LCS, namun di posisi Indonesia secara geopolitik dapat dianggap sebagai kekuatan yang cukup dapat mendominasi lautan yang kaya hasil alam itu. Indonesia sendiri kerap bersitegang dengan China di Laut Natuna Utara.
3. Menjatuhkan Sanksi ke Perusahaan Pengeboran China
Presiden AS DonaldTrump secara resmi menambahkan raksasa minyak China, China National Offshore Oil Corp (CNOOC), di daftar hitam, Kamis (3/12/2020). Artinya, investor AS, akan 'haram' menanamkan uangnya di perusahaan migas terbesar ketiga China itu.
Sanksi tersebut diduga dijatuhkan karenaketerlibatan CNOOC dalam kegiatan eksplorasi energi China di perairan LCS, yang diperebutkan China dan sekutu AS, seperti Filipina. Pasalnya Trump tidak mengejar dua perusahaan minyak China lain, yakni China National Petroleum Corp dan China Petrochemical Corp (Sinopec).
4. Mendirikan Armada AL Angkatan Pertama
AS menyatakan akan menghidupkan kembali armada tempur pertamanya yang akan berfokus pada perairan pasifik barat seperti LCS, Laut China Timur, Selat Taiwan, dan Asia Tenggara. Pernyataan itu disampaikan oleh Sekretaris AL Presiden Donald Trump, Kenneth Braithwaite.
"Untuk memperbaiki postur kami di Indo-Pasifik, kami akan menyusun kembali Armada Pertama, menugaskannya tanggung jawab utama untuk wilayah Indo dan Asia Selatan sebagai ekspedisi armada," katanya dikutip Jumat (4/12/2020).
"Ini akan meyakinkan mitra dan sekutu kami tentang kehadiran dan komitmen kami di kawasan ini sambil memastikan setiap musuh indikator bahwa kami berkomitmen terhadap keberadaan global, untuk memastikan supremasi hukum dan kebebasan laut." tambahnya.
Menurut Derek Grossman, analis pertahanan senior di Rand Corporation, langkah itu diarahkan ke China, saingan utama AS di teater Pasifik. Selain itu ia mengklaim bahwa AS akan menggandeng beberapa negara di kawasan itu untuk memuluskan rencananya
(sef/sef) Next Article AS & China Debat Sengit Soal Laut China Selatan