Internasional

Xi Jinping Kasih Kejutan Besar ke Biden, Apa Tuh?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
26 November 2020 07:06
Presiden China Xi Jinping di acara Konferensi Dialog Peradaban Asia, Rabu (15/5/2019). (Foto: REUTERS/Thomas Peter)
Foto: Presiden China Xi Jinping di acara Konferensi Dialog Peradaban Asia, Rabu (15/5/2019). (Foto: REUTERS/Thomas Peter)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden China Xi Jinping akhirnya memberikan ucapan selamat ke presiden terpilih pada Pilpres Amerika Serikat (AS) 3 November lalu, Joe Biden. Ini merupakan kejutan setelah ia lama diam dan tak memberikan komentar.

Dalam pesan khususnya, ia pun meminta hubungan kedua negara semakin harmonis. Di masa pemerintahan Donald Trump, keduanya kerap bersitegang di banyak hal, termasuk perdagangan dan teknologi yang membuat naiknya tarif dan pemblokiran.


"Mempromosikan perkembangan yang sehat dan stabil dari hubungan China-AS tidak hanya untuk kepentingan fundamental kedua pihak, tetapi juga memenuhi harapan bersama dari komunitas internasional," kantor berita Xinhua yang dikelola pemerintah mengutip ucapan Xi dalam pesan itu, Kamis (26/11/2020).

"Saya berharap melihat kedua belah pihak menjunjung tinggi semangat non-konflik, non-konfrontasi, saling menghormati dan kerjasama win-win, dan fokus pada kerja sama sambil mengelola dan mengendalikan perselisihan."



Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng berharap pemilu akan berjalan lancar dan stabil. Ia juga pemerintahan AS berikutnya akan mengambil langkah-langkah untuk bekerja sama dengan negerinya.

Sikap China terhadap China-AS. Jelas dan konsisten," kata Le di media lokal, sebagaimana dikutip CNBC International.

"Meskipun ada ketidaksepakatan antara China dan AS, ada ruang besar untuk saling menguntungkan dan kerja sama. (Saya) berharap pemerintahan AS yang baru akan bertemu dengan China di tengah jalan."

"Pendekatan itu akan mencakup menegakkan prinsip tanpa konflik, tidak ada konfrontasi, saling menghormati dan kerja sama yang saling menguntungkan."

Dua ekonomi terbesar dunia telah terkunci dalam ketegangan yang meningkat selama dua tahun terakhir. Dimulai dengan perdagangan tahun 2018 dan meluas ke teknologi serta geopolitik termasuk Laut China Selatan.

Analis memperkirakan kebijakan AS tentang China akan tetap pada nada sama. Meskipun calon Partai Republik yang juga Trump kalah dari Biden.

"Faktanya adalah bahwa bersikap keras ke China adalah apa yang menyatukan kita (AS) sebagai negara yang terpolarisasi saat ini," kata mantan negosiator perdagangan Gedung Putih Clete Willems kepada CNBC "Squawk Box Asia".

"Kita (AS) terpolarisasi dalam politik tetapi tidak terpolarisasi soal China."


(sef/sef) Next Article Xi Jinping Beri Kejutan Besar, Apa Kata Biden?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular