
Kalau Lihat Data Ini, Wajar Libur Akhir Tahun Bisa 'Disunat'

Jakarta, CNBC Indonesia - Jerat pandemi Covid-19 masih belum bisa lepas dari Indonesia. Kasus kumulatif infeksi sudah tembus angka setengah juta. Namun tren pertambahan kasus infeksi masih mengindikasikan bahwa puncak belum dilewati.
Pada Senin (23/11/2020) untuk pertama kalinya kasus kumulatif infeksi Covid-19 di Indonesia tembus angka 502.110. Jumlah orang yang sembuh mencapai 422.386 orang (recovery rate 84%), kasus aktif tercatat 63.772 (active rate 12,7%) dan jumlah orang yang meninggal tembus 16.002 (mortality rate 3,18%).
Angka kesembuhan yang terus bertambah menjadi berita yang baik. Namun jika masih dibarengi dengan pertambahan kasus baru yang signifikan tentu saja wabah Covid-19 tidak akan segera selesai.
Saat ini banyak negara di dunia terutama barat (Inggris, Eropa dan AS) sedang dilanda gelombang kedua wabah Covid-19. Di Indonesia lain ceritanya. Gelombang pertama saja belum benar-benar bisa dikatakan sudah selesai.
Tren pertambahan kasus masih meningkat. Memang sempat menurun akhir Oktober lalu saat libur panjang satu minggu yang bertepatan dengan periode cuti bersama sekaligus merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Pertambahan kasus baru harian kala itu melandai. Namun setelahnya jumlah kasus baru kembali meledak. Banyaknya mobil dan kendaraan yang meninggalkan Jakarta untuk pulang kampung dan liburan ditengarai menjadi pemicunya.
Lonjakan kasus yang signifikan baru teramati dua pekan setelah libur panjang berakhir. Pada pertengahan bulan ini tepatnya pada 13 November lalu, jumlah kasus baru sempat bertambah 5.444 dalam sehari. Ini menjadi rekor pertambahan kasus infeksi harian tertinggi yang pernah tercatat.
Apabila diamati dengan seksama, penurunan kasus yang terjadi saat libur panjang juga bertepatan dengan penurunan jumlah tes yang dilakukan. Tes baru digenjot setelahnya dan kasus pun bertambah dengan signifikan.
Artinya penurunan kasus yang pernah terjadi tidak bisa serta merta disimpulkan sebagai sebuah keberhasilan menangani wabah dan tanda bahwa wabah sudah mencapai puncaknya.
Toh angka positive rate di Indonesia juga masih di atas 10%. Per Senin kemarin, angka positive rate berada di 16%. Secara sederhana setiap 100 orang yang dites akan ditemukan 16 orang yang positif terinfeksi Covid-19. Mengacu pada WHO angka positive rate yang masih di atas 5% menunjukkan bahwa wabah belum bisa dijinakkan.
Mirisnya lagi, sampai hari ini lebih dari setengah provinsi di Tanah Air memiliki tingkat reproduksi (Rt) virus di atas 1. Angka di atas 1 mencerminkan bahwa infeksi masih bisa menyebar luas. Sebaliknya jika di bawah 1 kecenderungan penyebaran infeksi sudah mengalami penurunan.
Berdasarkan data Bonza, hanya ada 11 Provinsi di Indonesia yang nilai Rt < 1. Sementara 22 provinsi lainnya masih memiliki angka Rt>1. Paling parah dijumpai di Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, DKI Jakarta, Jambi, Bengkulu dan Banten yang nilai Rt > 1,25.
Bahkan dari 11 provinsi yang nilai Rt < 1, ada 5 provinsi yang nilai Rt-nya masih mendekati 1. Provinsi-provinsi tersebut antara lain Maluku, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
Berkaca pada data ini maka mayoritas wilayah di Indonesia masih belum bisa dikatakan aman apalagi merdeka dari Covid-19. Lonjakan kasus infeksi bisa sewaktu-waktu terjadi. Oleh sebab itu pemerintah berupaya untuk meninjau ulang keputusan cuti bersama akhir tahun.
Rencananya, pemerintah akan memulai rapat untuk mengevaluasi cuti bersama dalam beberapa hari ke depan. Rapat itu sendiri akan dipimpin oleh Muhadjir Effendy. Total ada 2 hari libur nasional dan 5 hari cuti bersama. Bila ditambah dengan hari Sabtu dan Minggu, total hari libur tanpa jeda sebanyak 11 hari.
Sampai saat ini masih belum ada keputusan resmi apakah jumlah libur akan dipangkas. Kalaupun libur dipangkas tetapi tidak dimonitor secara ketat, maka RI tetap saja sulit terhindar dari lonjakan kasus baru yang signifikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Menkeu: Libur Panjang, Konsumsi Tak Terdongkrak