Gegara Corona, Tambahan Pembangkit Baru Bakal Diciutkan 15 GW

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
24 November 2020 15:13
PT Indonesia Power melalui Unit Pembangkitan (UP) Suralaya menegaskan jika Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak menyumbang polusi untuk Jakarta. (CNBC Indonesia/Nia)
Foto: PT Indonesia Power melalui Unit Pembangkitan (UP) Suralaya menegaskan jika Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak menyumbang polusi untuk Jakarta. (CNBC Indonesia/Nia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 menyebabkan permintaan energi menurun, termasuk di sektor kelistrikan. Hal ini juga berdampak pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) nasional.

Jisman Hutajulu, Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM mengatakan, pada RUPTL 2019-2028 Indonesia diperkirakan membutuhkan tambahan kapasitas pembangkit listrik baru sebesar 56,4 giga watt (GW) hingga 2028.

Namun karena adanya koreksi pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi saat ini akibat adanya pandemi Covid-19, maka menurutnya pihaknya kemungkinan besar akan mengoreksi perkiraan tambahan kapasitas pembangkit listrik baru tersebut. Pihaknya memperkirakan, tambahan kapasitas baru akan berkurang sekitar 10-15 GW dari rencana awal tersebut. Ini artinya, pembangkit baru yang dibutuhkan ke depan hanya sekitar 41,4 GW.

Hal tersebut nantinya akan dituangkan dalam RUPTL 2021-2030 yang sampai saat ini masih dibahas.

"Berdasarkan RUPTL lama, kita butuh 56,4 GW. Saya pastikan ini akan ada adjustment, pengaturan kembali karena demand kita turun. Saya belum bisa mengatakan berapa GW, mungkin ya paling tidak 10-15 GW akan turun," tuturnya dalam acara Indonesia EBTKE ConEx 2020 secara virtual, Selasa (24/11/2020).

Dia mengatakan, penurunan tambahan kapasitas pembangkit listrik baru tersebut tidak hanya untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), tapi juga untuk pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan.

Pada RUPTL 2019 lalu, kapasitas pembangkit listrik dari energi terbarukan direncanakan mencapai 16,7 GW. Namun untuk RUPTL tahun depan yang berlaku selama 10 tahun, menurutnya jumlah tersebut juga akan dikurangi.

"Untuk EBT pun demikian, RUPTL lama ada 16,7 GW yang kita perlukan untuk 10 tahun ke depan, tapi untuk RUPTL baru yang mau kita keluarkan mungkin ini akan berkurang," ujarnya.

Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.39 K/20/MEM/2019 tentang Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) 2019-2028, proyeksi rata-rata pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik sebesar 6,42% per tahun dengan total rencana pembangunan pembangkit listrik sebesar 56.395 mega watt (MW) atau 56,4 giga watt.

Sementara target bauran energi mulai akhir 2025 antara lain batu bara sebesar 54,6%, EBT 23%, gas bumi 22%, dan BBM 0,4%.

Biasanya setiap tahun ada perubahan dari RUPTL tahun sebelumnya, namun karena tahun ini ada pandemi dan permintaan energi berubah, maka pemerintah tengah mengkalkulasi ulang dan merevisinya pada RUPTL 2021-2030.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Masih 'Kebanjiran' Listrik PLTU Hingga 2027, Ini Buktinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular