Heboh Menteri Pakistan Samakan Macron dengan Nazi, Kok Bisa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 November 2020 17:18
Infografis/ Macron Hina Islam: Negara - Negara Islam Serang  Balik Prancis/Aristya Rahadian
Foto: Ilustrasi Emmanuel Macron (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Prancis dan negara-negara mayoritas berpenduduk muslim kian memanas. Baru-baru ini, Kementerian Luar Negeri Prancis menuntut pihak berwenang Pakistan untuk menarik komentar Menteri Federal untuk Hak Asasi Manusia Pakistan Shireen Mazari di Twitter mengenai Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Pada Minggu (22/11/2020), Mazari menyebut perlakuan Macron terhadap Muslim sama dengan Nazi yang memperlakukan orang Yahudi dalam Perang Dunia II.

"Anak-anak Muslim akan mendapatkan nomor ID (anak-anak lain tidak akan) sama seperti orang Yahudi dipaksa memakai bintang kuning di pakaian mereka untuk identifikasi," kata Mazari dalam tweet sembari menyertakan link artikel.

Namun isi artikel yang diposting oleh Mazari diubah untuk memberikan fakta bahwa jika gagasan itu diterapkan, akan diterapkan pada semua anak di Prancis dan tidak hanya untuk anak-anak Muslim.

Dalam tweet lanjutan pada hari Minggu, Mazari awalnya menggandakan klaimnya menyusul kecaman oleh Kemenlu Prancis pada Sabtu (21/11/2020) malam, yang menggambarkan mereka sebagai "kebohongan terang-terangan, dijiwai dengan ideologi kebencian dan kekerasan."

Namun, pada hari Minggu kemudian, Mazari men-tweet: "Artikel yang saya kutip telah dikoreksi oleh publikasi yang relevan, saya juga telah menghapus tweet saya pada hal yang sama."



Mazari memposting pernyataan itu setelah munculnya bentrokan antara Pakistan dan Prancis atas penerbitan karikatur Nabi Muhammad SAW oleh majalah satir Charlie Hebdo beberapa waktu lalu. Gambar-gambar itu memicu kemarahan dan protes di dunia Muslim, khususnya di Pakistan.

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan kepada radio RTL komentar itu tidak dapat diterima dan harus ditarik dari Twitter. Ia juga mengatakan untuk tetap berhati-hati karena beberapa media telah dimanfaatkan dan sejak itu sering mengklarifikasi artikel yang sudah mereka terbitkan.

Parlemen Pakistan pada akhir Oktober lalu mengeluarkan resolusi yang mendesak pemerintah untuk memanggil utusannya dari Paris, menuduh Macron menyebarkan kebencian terhadap Muslim.

Macron memberikan penghormatan kepada seorang guru sejarah Prancis yang dipenggal kepalanya oleh seorang pria berusia 18 tahun asal Chechnya karena mempertunjukkan kartun Nabi Muhammad saat mengajar di kelas tentang kebebasan berbicara.

Para pejabat Prancis mengatakan pemenggalan itu merupakan serangan terhadap nilai inti kebebasan berekspresi Prancis.

Setelah majalah satir Charlie Hebdo menerbitkan ulang kartun nabi pada September lalu, Macron membela sekularisme, mengatakan kebebasan berkeyakinan sejalan dengan kebebasan berekspresi termasuk hak untuk menghujat.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Detik-Detik Presiden Prancis Macron Ditampar Warga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular