Sederet Aksi Jokowi Saat 'Ngamuk' di Depan Para Menteri

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
17 November 2020 15:47
Presiden: PBB Harus Berperan Penuhi Akses Terhadap Obat-Obatan dan Vaksin bagi Semua. (Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo (Lukas/BPMI Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan alasannya melontarkan kemarahannya dalam sidang kabinet paripurna beberapa waktu lalu. Kala itu, Jokowi bahkan mengancam akan merombak (reshuffle) kabinetnya.

Hal tersebut dikemukakan kepala negara dalam program Rosi di Kompas TV yang ditayangkan pada Senin (16/11/2020) malam, seperti dikutip CNBC Indonesia, Selasa (17/11/2020).

"Saya sudah berikan target. Ada krisis, tapi berjalan biasa-biasa saja. Itu yang saya jengkel saat itu," kata Jokowi.

Kala itu dengan nada yang cukup tinggi, Jokowi terlihat berang lantaran masih ada 'segelintir' menteri yang bekerja secara biasa-biasa saja dalam situasi sekarang.

"Saya lihat, masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan? Suasana ini krisis," tegas Jokowi seperti dikutip Senin (29/6/2020).



Jokowi mengaku geram karena jajarannya tidak sigap dalam menghadapi situasi krisis. Kepala negara bahkan meluapkan amarahnya lantaran kinerja pembantunya tidak membawa kemajuan yang signifikan.

"Tindakan-tindakan kita, keputusan kita, kebijakan kita, suasananya harus suasana krisis. Jangan kebijakan yang biasa-biasa saja menganggap ini sebuah kenormalan. Apa-apaan ini?," tegasnya.

"Hanya gara-gara urusan peraturan, urusan peraturan. Ini [harus] extraordinary. Saya harus ngomong apa adanya. Enggak ada progres yang signifikan, enggak ada," katanya.

Jokowi lantas melontarkan ancaman reshuffle kepada pembantunya yang dianggap masih bekerja begitu-begitu saja dalam situasi krisis "Langkah extra ordinary ini betul-betul harus kita lakukan. Dan saya membuka yang namanya entah langkah politik, entah langkah pemerintah akan saya buka," katanya.

"Bisa saja, membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle. Udah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat Perppu yang lebih penting lagi, kalau memang diperlukan," tegasnya.

Melihat ke belakang, selama menjabat sebagai kepala negara, Jokowi bukan kali pertama 'mengamuk' d depan para menterinya. Kejengkelannya kerap kali diluapkan karena perintah yang tak direalisasikan oleh para pembantunya.

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, pada tahun ini Jokowi sudah cukup sering meluapkan amarahnya di depan publik. Berikut rangkuman kemarahan Jokowi sejak periode kedua pemerintahan :

1. Mafia Migas dan Kilang Minyak

Persoalan impor minyak kerap kali menjadi sorotan Jokowi. Pasalnya, masalah ini menjadi salah satu biang keladi transaksi berjalan (current account) mengalami defisit yang berkepanjangan.

Jokowi mengaku mengetahui siapa dalang yang selama ini menjadi mafia migas. Kala itu, Jokowi menyebut ada sejumlah oknum yang ingin menikmati untung besar yang pada akhirnya membuat Indonesia kesulitan membangun kilang.

"Sudah ketemu siapa yang seneng impor. Sudah ngerti saya. Kenapa enggak genjot produksi? Karena ada yang masih senang impor minyak. Sudah saya pelajari, enggak benar kita ini," kata Jokowi.

2. Harga Gas Tak Kunjung Turun

Pada awal tahun ini, Jokowi meluapkan kekesalannya karena harga gas industri yang tak kunjung turun. Kepala negara bahkan sempat ingin berkata kasar karena geram dengan mahalnya harga gas.

"Sudah beberapa kali kita berbicara mengenai hal ini, tetapi sampai detik ini kita belum bisa menyelesaikan mengenai harga gas kita yang mahal," kata Jokowi.



3. Program Tol Laut Melenceng

Saat memimpin rapat terbatas, Jokowi mengaku kecewa dengan jajaran menterinya lantaran program tol laut telah melenceng dari tujuan awal untuk mengurangi disparitas harga yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.

"Saya ingin ingatkan bahwa tujuan awal dari tol laut adalah mengurangi disparitas harga baik itu antar wilayah, antar pulau, antar daerah, serta satu lagi memangkas biaya logistik yang mahal," kata Jokowi.

Namun, berdasarkan laporan yang diterima kepala negara, biaya logistik antar daerah saat ini masih mahal. Misalnya, seperti biaya pengiriman barang dari Jakarta ke Padang, Jakarta ke Medan, Jakarta ke Banjarmasin.

"Jauh lebih mahal dibandingkan biaya pengiriman dari Jakarta ke Singapura, Jakarta ke Hongkong, Jakarta ke Bangkok, dan Jakarta ke Shanghai," tegas Jokowi.

4. Tegur Kepala Daerah

Jokowi beberapa waktu lalu terlihat geram lantaran masih ada pemerintah daerah yang belum melakukan realokasi dan refocusing anggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk penanganan Covid-19.

Berdasarkan data Jokowi, ada sekitar 103 pemerintah daerah yang belum mengalokasikan anggaran untuk jaring pengaman sosial. Sementara itu, ada 140 pemerintah daerah yang belum mengalokasikan penanganan dampak Covid-19.

"Potong rencana belanja yang tidak mendesak, perjalanan dinas, rapat-rapat, belanja lain yang tidak dirasakan langsung manfaatnya oleh rakyat. Fokuskan semuanya, fokuskan kekuatan kita pada upaya penanganan Covid-19. Baik di bidang kesehatan maupun penanganan sosial ekonominya," kata Jokowi.

5. Kesal Penyaluran Bansos Ribet

Jokowi juga sempat menunjukkan kekesalannya terkait penyaluran bantuan sosial tunai. Kepala negara geram lantaran penyaluran bantuan sosial dibuat berbelit dan lambat hingga sampai ke penerima.

"Kecepatan yang kita inginkan agar bansos itu segera sampai di masyarakat, ternyata memang di lapangan banyak kendala dan problemnya, problemnya adalah masalah prosedur yang berbelit-belit," katanya.



(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Prabowo Puji Jokowi Saat Meresmikan Puluhan Proyek Listrik di Sumedang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular