
Australia Bakal Bangun Rumah Sakit Rp 14 Triliun di Jabar

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan Australia akan membangun rumah sakit senilai US$ 1 miliar (Rp 14 triliun) di Jawa Barat. Kesepakatan itu dicapai dalam West Java Investment Summit (WJIS) 2020.
Hal itu disampaikan Bahlil dalam acara dialog virtual bertema 'Omnibus Law and Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) Impacts on Investment' pada Senin (16/11/2020). Turut hadir dalam acara itu antara lain Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu Kristiarto Legowo.
"Saya ingin menyampaikan bahwa ada beberapa kebijakan pemerintah dalam konteks sektor-sektor prioritas untuk investasi. Yang pertama adalah sektor kesehatan. Saya terima kasih Pak Dubes, selamat atas MoU yang tadi sudah diteken. Tadi saya baru dapat informasi bahwa yang diteken itu adalah sektor infrastruktur kesehatan bangun rumah sakit US$ 1 miliar. Nanti izinnya saya langsung sendiri yang handle," ujar Bahlil.
Menurut dia, hal itu merupakan kebijakan afirmatif sebagai bentuk proses percepatan perizinan atas perintah Presiden Joko Widodo. Baik itu via Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2019 tentang Percepatan Kemudahan Berusaha dan UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
"Kita punya slogan sekarang silakan investor datang, bawa modal, bawa teknologi, biarlah pemerintah Indonesia lewat BKPM yang akan menyiapkan izinnya dan akan membantu mencarikan lokasinya yang paling murah, yang kompetitif," kata Bahlil.
"(Tujuannya) agar tidak ketemu lagi sama broke. Kita harus hadir untuk memberikan kepastian dan kemudahan bagi para pengusaha. Selain dari pada industri kesehatan karena kami tahu 90% industri kesehatan kita masih impor di Indonesia. Jadi ini pasar yang luar biasa sekali," lanjutnya.
Ia pun memastikan akan memfasilitasi investasi dari Australia baik di sektor infrastruktur dan pertambangan. Misalnya rencana taipan Australia Andrew Forrest bangun PLTA 10.000 MW di Kayan, Kalimantan Utara.
Sementara terkait pertambangan, Bahlil menekankan Indonesia memiliki arah kebijakan yang fokus pada hilirisasi.
"Jadi dari batu bara kita sudah menuju kepada gasifikasi dan etanol. Nikel yang punya nikel ini Australia salah satu di antaranya. Namun saya harus menyampaikan bahwa total cadangan nikel dunia itu 20% ada di Indonesia," katanya.
"Dan sekarang kita lagi mengembangkan untuk membangun baterai. Kemarin kita dari China sudah tanda tangan perjanjian kerja sama sudah 2021 sudah mulai ground breaking si ATL. itu investasi kurang lebih sekitar US$ 5,1 miliar. Kemarin kita juga kemarin dengan perusahaan dari Korea. Ini juga udah hampir deal," lanjut Bahlil.
Ia menjanjikan investor Australia yang masuk akan diberikan khusus. Salah satunya bantuan dari sisi insentif fiskal.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ternyata Kementerian Investasi Paket dari UU Cipta Kerja