159 Wafat, Tak Ada Dokter yang Untung Karena Covid-19

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
16 November 2020 19:38
Anggota perawat dan staf Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) melakukan aksi di tengah penyebaran penyakit COVID-19, di luar Downing Street di London, Inggris. (AP/Kirsty Wigglesworth)
Foto: Anggota perawat dan staf Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) melakukan aksi di tengah penyebaran penyakit COVID-19, di luar Downing Street di London, Inggris. (AP/Kirsty Wigglesworth)

Jakarta, CNBC Indonesia- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sebanyak 159 dokter meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. Ironisnya, berdasarkan survei yang dilakukan sekitar 80 orang justru bukan dokter yang khusus menangani Covid-19, melainkan dokter umum. Kemudian survei yang dilakukan di Jawa Timur ini juga menyebutkan 28% dokter yang meninggal dari praktik pribadi dan 22% dari puskesmas.

"Ada satu problem yang diperbaiki bagaimana sistem safety di fasilitas kesehatan tersebut, di antara 159 orang itu yang bekerja di RS Rujukan Covid-19 rendah, yang sebagian besar adalah dia bekerja di RS yang bukan rujukan. Ini menjadi suatu gambaran risiko itu juga terjadi pada seluruh pelayanan," kata Wakil Ketua Umum IDI M. Adib Khumaidi, Senin (16/11/2020).

Dia mengatakan dokter dan perawat, serta tenaga kesehatan lainnya memiliki risiko yang membutuhkan perlindungan yakni pencegahan penularan. Selain itu juga dibutuhkan waktu dan tempat penanganan yang tepat.

"Risiko paparan di tenaga kesehatan masih tinggi, dan itu dipengaruhi fluktuasi pasien yang meningkat itu meningkatkan risiko. Agustus data kematian dokter tinggi, sama kaya fluktuasi masyarakat saat itu," ujar Adib.

Dia juga mengharapkan masyarakat dapat menerapkan pola perubahan perilaku dan menjalankan protokol kesehatan, dengan menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun. Adib mengatakan perubahan perilaku pada masyarakat menjadi booster semangat tenaga kesehatan.

"Kondisi yang terjadi di masyarakat juga terjadi di kita, yakni burn out, sebanyak 85% tenaga kesehatan burnout, bahkan data dari kami yang pendidikan spesialis ada yang 15% depresi ini ada laporan. Ketahanan mental menjadi penting dalam penanganan pandemi tapi ketahanan ini akan terbantu apabila masyarakat bisa paham dengan perubahan perilaku yang lebih baik terutama penerapan protokol kesehatan," kata dia.

Adib mengatakan sama seperti masyarakat, dokter dan tenaga kesehatan pun bertanya-tanya kapan situasi pandemi ini akan berakhir. Selain itu tidak benar jika ada anggapan masyarakat terdampak ekonomi dan dokter yang diuntungkan. Kenyataannya dokter dan tenaga kesehatan pun mengalami dampak ekonomi akibat pandemi ini.

"Hasil survei ini sebuah fakta di Jatim 70% dokter juga terdampak finansial artinya di dalam perjuangan penanganan Covid-19 kita harus bersama-sama, kondisinya tidak ada yang diuntungkan," ujar Adib.

Mobilitas masyarakat juga menjadi salah satu penyebab cepatnya penularan di masyarakat, terutama jika tidak disertai dengan protokol kesehatan. Fluktuasi peningkatan kasus pun biasanya dibarengi dengan peningkatan mobilitas masyarakat terutama di masa liburan panjang.

"Fluktuasi ini terpengaruh dari mobilitas yang terjadi di masyarakat. Salah satu contoh Mei ada long weekend yang meningkatkan fluktuasi kasus 20%, kemudian pada Agustus fluktuasinya lebih dari 10% dengan rasio test lebih dari 20%," kata dia.

Terutama ketika libur panjang beberapa pekan lalu, yang bersamaan dengan penurunan kasus terutama di RS Darurat Wisma Atlet. Namun usai libur panjang, ada tren kenaikan kasus di beberapa daerah. Sehingga, kemungkinan besar peningkatan kasus menjadi dampak dari tingginya mobilitas yang terjadi di masyarakat, sehingga meningkatkan kasus positif.

Dia menyarankan masyarakat agar tetap menjalankan protokol kesehatan, dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun. Adib mengatakan dengan memakai masker saja bisa menurunkan lebih dari 85%, jika protokol kesehatan dilakukan secara penuh maka akan menurunkan penularan hingga 95%.

Sebelumnya, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan apa yang dilakukan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan belum sebanding dengan kerja keras dan pengorbanan dokter dan tenaga medis di Rumah Sakit.

Untuk itu, Doni meminta kepada seluruh masyarakat untuk disiplin #pakaimasker, #jagajarak hindari kerumunan, dan #cucitangan pakai sabun serta air mengalir.

"Patuh kepada protokol kesehatan belumlah sebanding dengan perjuangan pengorbanan dan penderitaan para dokter yang merawat pasien di rumah sakit untuk melayani pasien," tambahnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular