
Kemenangan China? Asia-Pasifik Teken Janji Dagang Bebas RCEP

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 15 negara Asia-Pasifik menandatangani pakta perdagangan bebas terbesar di dunia.
China, Jepang, Korea Selatan (Korsel), Australia dan Selandia Baru serta 10 negara ASEAN termasuk RI, sepakat meneken Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), Minggu (15/11/2020).
Tujuannya meliberalisasi perdagangan dan investasi, secara bertahap menurunkan tarif, memotong birokrasi serta menetapkan aturan baru tentang pengadaan barang, kebijakan kompetisi dan e-commerce.
Perjanjian bebas ini mencakup hampir sepertiga dari populasi dunia (30% PDB) dan diprediksi akan menambah US$ 186 miliar ke ekonomi dunia.
"Dalam keadaan global saat ini, fakta bahwa RCEP telah ditandatangani setelah delapan tahun negosiasi membawa secercah cahaya dan harapan di tengah awan," kata Perdana Menteri China Li Keqiang setelah penandatanganan virtual dikutip dari AFP.
"Ini dengan jelas menunjukkan bahwa multilateralisme adalah jalan yang benar, dan mewakili arah yang benar dari ekonomi global dan kemajuan umat manusia."
Namun berbeda dengan The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) yang ditandatangani 2018, RCEP tidak akan mencakup tenaga kerja dan lingkungan. Perjanjian akan terbatas pada layanan dan investasi.
CPTPP sebelumnya ditandatangani 11 negara yakni Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam. Amerika tidak terlibat setelah di 2017, menarik diri dari Trans Pacific Partnership (TPP), perjanjian sebelum CPTPP.
Kepala Perbankan Regional Komersial Asia Pasific HSBC Stuart Tait menilai RCEO akan menjadi vitamin Asia untuk memulihkan kemerosotan ekonomi akibat pandemi.
"Perdagangan intra-Asia, yang sudah lebih besar dari perdagangan Asia dengan gabungan Amerika Utara dan Eropa, akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi global dan menarik pusat gravitasi ekonomi menuju Asia," katanya dikutip dari South China Morning Post (SCMP).
Hal senada juga diamini mantan pejabat perdagangan China yang kini peneliti senior di Pusat China dan Globalisasi. ASEAN kan mengambil alih Uni Eropa sebagai mitra dagang terbesar China
Hal 2>>
Meski demikian, sejumlah kalangan menilai, perjanjian ini akan memperluas pengaruh China ke perekonomian dunia.
Perjanjian makin mengesampingkan AS, yang sejak dipimpin Presiden Donald Trump lebih proteksionis dan menarik diri dari sejumlah kesepakatan global.
Alexander Capri, pakar perdagangan di National University of Singapore Business School mengatakan RCEP memperkuat ambisi geopolitik regional China yang lebih luas di sekitar Belt and Road Initiative (BRI/OBOR).
"Ini semacam elemen pelengkap," katanya dikutip dari AFP, merujuk pada proyek investasi khas Beijing yang membayangkan infrastruktur dan pengaruh China yang mencakup dunia.
Iris Pang, kepala ekonom ING untuk China, menanggap bahwa RCEP dapat membantu Beijing mengurangi ketergantungannya pada pasar dan teknologi luar negeri. Kedua elemen itu saat ini terganggu oleh keretakan yang semakin dalam dengan Washington.
Hal senada juga diamini Wendy Cutler, yang bertindak sebagai wakil perwakilan perdagangan AS di bawah presiden AS Barack Obama dan membantu merundingkan TPP.
"Beijing kemungkinan akan mengklaim kemenangan setelah penandatanganan," kata Cutler yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden Asia Society Policy Institute dikutip dari SCMP.
"Sudah menjadi promotor RCEP sejak hari pertama. Kemudian, saat AS mundur dari panggung regional dan menjalankan kebijakan perdagangan berdasarkan unilateralisme, para pemimpin China menggunakan kekosongan itu untuk menggambarkan Beijing sebagai mitra pilihan yang dapat diandalkan untuk pertumbuhan ekonomi, perdagangan, dan investasi."
Hal 3>>
Sementara itu, India menarik diri dari pembicaraan RCEP pada November tahun lalu. India mengaku khawatir soal akses pasar dan industri dalam negerinya yang akan dibanjiri barang-barang murah buatan China.
"Kami telah menyampaikan kepada negara-negara peserta bahwa kami tidak akan bergabung dengan RCEP," ujar Vijay Thakur Singh, seorang diplomat senior yang bertanggung jawab atas Asia Timur untuk Kementerian Luar Negeri India waktu itu.
Dia mengatakan keputusannya didasarkan pada dampak perjanjian itu pada sektor usaha kecil di India termasuk yang termiskin dari yang miskin. Ia berujar prinsip yang sekarang disepakati berbeda dengan yang diinisiasi di awal tahun 2012.
Meski begitu para pemimpin ASEAN mengatakan pintu tetap terbuka bagi siapa saja yang ada di Asia Pasifik untuk bergabung. Ini termasuk pula untuk India.
(sef/sef) Next Article Menteri Ekonomi ASEAN Bahas Pemulihan Ekonomi
