Internasional

Demo Pecah di Armenia Gegara Azerbaijan, PM Didesak Mundur

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
12 November 2020 14:52
Protesters gather near the parliamentary building during a protest against an agreement to halt fighting over the Nagorno-Karabakh region, in Yerevan, Armenia, Wednesday, Nov. 11, 2020. Thousands of people flooded the streets of Yerevan once again on Wednesday, protesting an agreement between Armenia and Azerbaijan to halt the fighting over Nagorno-Karabakh, which calls for deployment of nearly 2,000 Russian peacekeepers and territorial concessions. Protesters clashed with police, and scores have been detained. (AP Photo/Dmitri Lovetsky)
Foto: Demo terhadap kesepakatan untuk menghentikan pertempuran atas wilayah Nagorno-Karabakh, di Lapangan Kebebasan di Yerevan, Armenia, Rabu, 11 November 2020. (AP / Dmitri Lovetsky)

Jakarta, CNBC IndonesiaRibuan demonstran turun ke jalan di Ibu kota Armenia, Yerevan, Rabu (11/11/2020) waktu setempat. Mereka memprotes keputusan Perdana Menteri Nikol Pashinyan untuk menyerahkan sebagian wilayah Nagorno-Karabakh kepada Azerbaijan di bawah kesepakatan damai kontroversial Rusia.

Melansir AFP, keputusan Pashinyan memicu amarah besar masyarakat. Pendemo menyerbu gedung pemerintahan dan menyerukan pengunduran diri Pashinyan.



Bagi rakyat Armenia, Nagorno-Karabakh merupakan manifestasi dari harga diri. Wilayah Azerbaijan yang didominasi etnis Armenia itu menjadi hotspot perang kedua negara sejak September 2020.

"Ini sejarah kita, budaya kita, jiwa kita yang kita kehilangan. Belum lagi pengorbanan sia-sia dari ribuan orang kita, terbunuh atau terluka," kata Jenny, seorang mahasiswa di Yerevan, dikutip Kamis (12/10/2020).



Hal senada juga didukung politisi setempat dari Partai Armenia Sejahtera, Arman Abovyan. Ia menyatakan Pashinyan tidak seharusnya membendung keinginan rakyat agar Nagorno-Karabakh tetap berada dipelukan Yerevan.

Sebelumnya, perang kedua negara telah menewaskan lebih dari 1.400 orang dan membuat puluhan ribu orang mengungsi.
Rusia, yang saat menjadi Uni Soviet berkuasa atas kedua negara, aktif memediasi dan menghentikan peperangan.

Tiga gencatan senjata yang dibuat sebelumnya telah gagal. Banyak kejadian menghambat upaya perdamaian yang langgeng antara kedua negara.

Pertempuran sengit antara Azerbaijan dan Armenia menimbulkan keresahan bagi dunia. Amerika Serikat dan Prancis pernah menyuarakan gencatan senjata beberapa kali, namun gagal.

Sementara itu, Turki memberikan dukungan penuh pada Azerbaijan. Negeri Erdogan dituding oleh negara-negara Barat, Rusia, dan Armenia mengirim tentara bayaran dari Suriah untuk mendukung.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Armenia Tuding Azerbaijan Menyerang Katedral Bersejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular