
Fakta-Fakta Perang Armenia-Azerbaijan, Saling Klaim 2 Etnis

Jakarta, CNBC Indonesia - Azerbaijan pada Selasa (19/9/2023) lalu telah memulai kampanye "anti-teroris" di wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan. Perang ini dilakukan Baku untuk memulihkan ketertiban konstitusional dan mengusir pasukan Armenia di wilayah tersebut.
Namun pada Rabu (22/9/2023), perang antara Azerbaijan dan Armenia yang terjadi selama 24 jam terakhir telah dihentikan dengan gencatan senjata.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan menyatakan bahwa kedaulatan negaranya atas Nagorno-Karabakh telah dipulihkan setelah serangan militer 24 jam terhadap pasukan etnis-Armenia.
Sebagai informasi, Armenia dan Azerbaijan telah berperang dua kali atas wilayah Nagorno-Karabakh dalam tiga dekade sejak Uni Soviet runtuh.
Berikut fakta-fakta terkait ketegangan antara kedua negara tetangga, seperti dihimpun oleh CNBC Indonesia dari berbagai sumber.
Mengenal Wilayah Nagorno-Karabakh
Melansir Reuters, Nagorno-Karabakh, yang dikenal sebagai Artsakh oleh orang Armenia, adalah wilayah pegunungan di ujung selatan pegunungan Karabakh, di Azerbaijan.
Negara ini diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, namun 120.000 penduduknya sebagian besar adalah etnis Armenia. Mereka mempunyai pemerintahan sendiri yang dekat dengan Armenia tetapi tidak diakui secara resmi oleh Armenia atau negara lain.
Orang-orang Armenia, yang beragama Kristen, mengaku sudah lama tinggal di wilayah tersebut, sejak beberapa abad sebelum Masehi.
Sementara Azerbaijan, yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim Turki, juga mengklaim memiliki ikatan sejarah yang kuat dengan wilayah tersebut, yang selama berabad-abad berada di bawah kekuasaan Persia, Turki, dan Rusia. Konflik berdarah antara kedua bangsa telah berlangsung lebih dari satu abad.
Di bawah Uni Soviet, Nagorno-Karabakh menjadi daerah otonom di Republik Azerbaijan.
Perang Pertama di Nagorno-Karabakh
Ketika Uni Soviet runtuh, Perang Karabakh Pertama (1988-1994) meletus antara orang-orang Armenia dan Azerbaijan. Sekitar 30.000 orang tewas dan lebih dari satu juta orang mengungsi.
Sebagian besar dari mereka adalah warga Azeri yang diusir dari rumah mereka ketika pihak Armenia akhirnya menguasai Nagorno-Karabakh sendiri dan tujuh distrik di sekitarnya.
Perang 44 Hari
Pada tahun 2020, setelah beberapa dekade terlibat pertempuran kecil, Azerbaijan memulai operasi militer yang kemudian menjadi Perang Karabakh Kedua, dan dengan cepat menerobos pertahanan Armenia.
Perang ini meraih kemenangan gemilang dalam waktu 44 hari, merebut kembali tujuh distrik dan sekitar sepertiga wilayah Nagorno-Karabakh.
Penggunaan drone yang dibeli dari Turki dan Israel disebut-sebut oleh para analis militer sebagai salah satu alasan utama kemenangan Azerbaijan. Setidaknya 6.500 orang tewas.
Rusia, yang memiliki perjanjian pertahanan dengan Armenia tetapi juga memiliki hubungan baik dengan Azerbaijan, merundingkan gencatan senjata.
Perjanjian tersebut mengatur 1.960 pasukan penjaga perdamaian Rusia untuk menjaga jalur vital wilayah tersebut ke Armenia: jalan melalui "koridor Lachin", yang tidak lagi dikendalikan oleh pasukan Armenia.
Alasan Perang Kembali Berkobar
Meskipun ada kehadiran pasukan penjaga perdamaian Rusia, Nagorno-Karabakh telah diblokade selama sembilan bulan. Pada Desember 2022, aktivis yang didukung Azerbaijan mendirikan pos pemeriksaan militer di sepanjang koridor Lachin, mencegah impor makanan dan memicu kekhawatiran bahwa penduduk akan kelaparan.
Melansir CNN International, pada hari-hari menjelang serangan di Stepanakert, Kementerian Luar Negeri Karabakh memperingatkan bahwa pihak Azerbaijan telah melakukan transfer pasukan setiap hari dan menimbun berbagai senjata dan mempersiapkan landasan untuk agresi skala besar.
Meskipun terjadi ketegangan, eskalasi pada Selasa terjadi secara tiba-tiba. Membenarkan serangannya terhadap Stepanakert, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan sebuah kendaraan Azerbaijan menabrak ranjau yang ditanam di wilayah yang sebelumnya telah dirusak ranjau, sehingga menewaskan dua warga sipil.
Azerbaijan juga mengatakan tentaranya mendapat penembakan sistematis dari angkatan bersenjata Armenia di Nagorno-Karabakh.
Hingga Rabu malam, setidaknya 200 orang dilaporkan tewas dalam operasi militer tersebut, termasuk 10 warga sipil dan lima anak-anak. Gencatan senjata mulai berlaku pada Rabu pukul 1 siang waktu setempat. Ini terjadi setelah kantor kepresidenan Karabakh menyetujui pembubaran dan pelucutan senjata total formasi bersenjata.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Azerbaijan Klaim Kemenangan, Perang Lawan Armenia Berakhir?
