Internasional

Ada Ramalan Perang Dunia III di Muka Bumi, Ini Faktanya!

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
11 November 2020 13:30
Wakil Presiden terpilih Kamala Harris dan Presiden terpilih Joe Biden
Foto: Wakil Presiden terpilih Kamala Harris bergandengan tangan dengan Presiden terpilih Joe Biden, Sabtu, 7 November 2020, di Wilmington, Del. (AP / Andrew Harnik)

Sebagaimana diketahui, 3 November lalu, AS melakukan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres). Penantang Trump yakni Joe Biden disebut memenangkan pemilu, di mana ia mendapat mayoritas suara elektoral.

Lalu apakah potensi perang ini bisa diredam?

Dikutip dari sebuah laporan di New York Times, potensi perang dunia bisa saja terjadi antara kedua negara di dua wilayah penting yaitu Laut China Selatan dan Selat Taiwan.

Di Laut China Selatan, China telah melakukan ekspansi besar-besaran dengan membangun pangkalan militer di beberapa pulau yang disengketakan dengan beberapa negara di Asia Tenggara. Hubungan Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei panas ke China.

Pada bulan Juli lalu sebagai komitmennya dalam membantu negara-negara yang bersengketa dengan China di Laut China Selatan, AS mengirimkan kapal induknya ke wilayah itu. Aksi ini dibalas China dengan menerjunkan armada lautnya secara besar-besaran mendekati armada AS.

Taiwan juga menjadi perhatian penting dalam konflik China-AS. Taiwan selama ini melakukan manuver-manuver politik luar negeri yang luar biasa dengan New Southbound Policy yang mereka terapkan semata-mata untuk menghindari ketergantungan mereka terhadap China.

Biden berkali-kali dalam kampanyenya menyuarakan penentangannya terhadap kebijakan-kebijakan Xi Jinping. Bahkan sampai menyebut Presiden China Xi Jinping sebagai "preman" serta menyerukan "penekanan, isolasi, dan penghukuman" kepada negara dengan ekonomi terbesar kedua itu.

Melansir dari South China Morning Post,  seorang ahli Asia Tenggara Carl Thayer mengatakan bahwa Biden akan menggalang kekuatan untuk terus melawan China. Namun sedikit melunak.

"Aliansi AS dengan Jepang dan Korea Selatan akan menjadi 'kurang antagonis' di bawah Biden, yang para pejabatnya kemungkinan akan mengadakan 'pembicaraan informal sambil minum kopi' dengan para pemangku kepentingan untuk 'menghasilkan strategi untuk melawan' China," kata Thayer.

Tapi dikutip dari Newsweek, seorang rekan senior di Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan Su Tzu-yun mengatakan bahwa Hubungan AS-Taiwan akan di masa Biden akan terus erat. Dengan upaya-upaya menahan China.

"Konsensus bipartisan Taiwan yang diakui oleh partai Republik dan Demokrat (AS) tidak akan berubah," kata Tzu-yun dalam sebuah diskusi.

"Pemerintahan Biden akan terus mencoba dan menahan 'ekspansionisme China'."

(sef/sef)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular