Dunia Boleh Ngerem, RI Malah Tancep Gas Produksi Batu Bara!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
10 November 2020 15:52
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan produksi batu bara akan terus meningkat setiap tahunnya, bahkan diperkirakan melesat menjadi 628 juta ton pada 2024 dari 550 juta ton pada tahun ini.

Target ini dimuat di dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2020-2024.

Berdasarkan data Kementerian ESDM tersebut, produksi batu bara pada 2021 diperkirakan akan naik menjadi 609 juta ton, lalu pada 2022 naik menjadi 618 juta ton, 2023 sebesar 625 juta ton, dan terus meningkat sampai 2024 dengan target produksi sebesar 628 juta ton.

Sementara untuk kebutuhan batu bara domestik (Domestic Market Obligation/ DMO) diperkirakan juga naik sebesar 21% menjadi 187 juta ton pada 2024 dari 2020 ini yang diperkirakan sebesar 155 juta ton. Lalu pada 2021 kebutuhan batu bara domestik diperkirakan naik menjadi 168 juta ton, 2022 sebesar 177 juta ton dan 184 juta ton pada 2023.

Adapun cadangan terbukti batu bara pada 2020 ini diperkirakan mencapai 39,31 miliar ton. Namun pada 2024 diperkirakan turun 5,5% menjadi 37,15 miliar ton. Pada 2021 cadangan terbukti batu bara diperkirakan turun menjadi 38,78 miliar ton, lalu 38,25 miliar ton pada 2022, dan 37,70 miliar ton pada 2023.

Produksi batu bara Indonesia yang diperkirakan terus melesat ini berbanding terbalik dengan tren konsumsi batu bara dunia yang terus menurun, terlebih karena semakin gencarnya kampanye energi bersih guna memerangi dampak perubahan iklim.

Berdasarkan data BP Statistical Review 2020, konsumsi batu bara global pada 2019 mencapai 157,86 exajoules, turun 0,6% dibandingkan 2018 yang sebesar 158,79 exajoules. Penurunan permintaan batu bara terbesar berasal dari negara uni eropa yakni mencapai 17,8% menjadi 7,69 exajoules dari 9,37 exajoules pada 2018.

Begitu pun dengan negara-negara maju tergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), konsumsi batu bara turun 11,3% menjadi 32,10 exajoules dari 36,19 exajoules pada 2018. Sementara negara-negara di luar OECD hanya naik 2,6% menjadi 125,75 exajoules dari 122,61 exajoules pada 2018.

Bila dilihat selama tujuh tahun terakhir, data BP Statistik ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan konsumsi batu bara dunia sekitar 2,5% menjadi 157,86 exajoules pada 2019 dari 161,98 juta ton pada 2013. Tiap tahunnya menunjukkan tren penurunan konsumsi yakni menjadi 161,84 exajoules pada 2014, 157,84 exajoules pada 2015, lalu 155,50 exajoules pada 2016, namun pada 2017 ada tren peningkatan menjadi 156,09 exajoules, 158,79 exajoules pada 2018, namun turun lagi pada 2019 menjadi 157,86 exajoules.

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin sebelumnya pun menyebutkan bahwa dalam 20-30 tahun mendatang, batu bara tak ada peminatnya lagi. Dengan demikian, perusahaan batu bara, termasuk perseroan, harus bersiap diri untuk memanfaatkan batu bara menjadi nilai tambah terlebih dahulu, tidak hanya menggali dan menjual batu bara mentah.

Guna memanfaatkan batu bara dan permintaan batu bara masih tinggi di masa depan, kini perseroan tengah mempersiapkan diri untuk mentransformasikan bisnisnya bukan hanya menjadi penambang dan penjual batu bara, tapi juga melakukan hilirisasi industri batu bara, seperti membangun PLTU Mulut Tambang dan gasifikasi batu bara.

Berdasarkan publikasi data dari Minerba One Data Indonesia (MODI) di situs Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, realisasi produksi batu bara sampai Oktober sebesar 453,62 juta ton atau baru 82,47% dari target tahun ini sebesar 550 juta ton.

Meski produksi bulan Oktober turun, namun Harga Batubara Acuan (HBA) Indonesia untuk November 2020 naik 9,23% menjadi US$ 55,71 per ton dari US$ 51 per ton pada Oktober 2020.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, peningkatan HBA November ini dipicu karena meningkatnya permintaan batu bara dari China.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Meneropong Nasib Proyek DME Batu Bara Kala Pandemi Kian Ganas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular