
Ada Vaksin Pfizer & Joe Biden, Ekonomi Bakal 'Lompat'?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank investasi global Goldman Sachs melihat pola pemulihan ekonomi global masih membentuk kurva 'V', apalagi setelah tersiar kabar bahwa kandidat vaksin Covid-19 Pfizer memiliki tingkat keampuhan lebih dari 90% dan proyeksi Joe Biden menang pemilihan presiden AS.
Kemarin, raksasa farmasi asal AS itu mengumumkan bahwa kandidat vaksin mRNA buatannya yang bekerja sama dengan perusahaan Jerman BioNTech menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Berdasarkan analisis awal terhadap hasil uji klinis fase akhir vaksin tersebut teridentifikasi ada 94 peserta yang terpapar Covid-19 baik di kelompok uji maupun plasebo. Uji klinis tahap akhir tersebut melibatkan lebih dari 43.000 peserta.
Tak lama setelah Pfizer menyampaikan pernyataan, harga aset-aset ekuitas mengalami kenaikan. Harapan ekonomi akan pulih kembali membuat risk appetite investor meningkat.
Goldman Sachs juga melihat hal tersebut. Selain perkembangan vaksin Covid-19, bank investasi asal Negeri Paman Sam tersebut juga menyorot proyeksi kemenangan Joe Biden dari Partai Demokrat dalam kontestasi politik pemilihan presiden AS ke-46.
Dalam prospek ekonomi global Goldman 2021 yang diterbitkan pada akhir pekan lalu, para analis menyoroti bahwa agenda kebijakan fiskal Demokrat dapat mengalami hambatan karena mereka tampaknya tidak mungkin mendapatkan mayoritas di Senat.
Meskipun begitu, para analis masih mengharapkan penerapan paket fiskal sebesar US$ 1 triliun di AS yang berpotensi terjadi sebelum pelantikan Biden pada 20 Januari tahun depan.
Namun ada hal yang sejatinya menjadi pengganjal bagi prospek pertumbuhan ke depan. Kepala Ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius dan timnya juga melihat adanya gelombang baru infeksi virus Corona yang menyapu Eropa dan AS.
Hal tersebut akan mengakibatkan sejumlah ekonomi utama Eropa kembali menerapkan lockdown secara parsial. Hal ini menyebabkan perkiraan pertumbuhan global Goldman direvisi turun pada kuartal keempat dan kuartal pertama 2021.
Namun Goldman Sachs tetap yakin bahwa ekonomi global akan melampaui konsensus di antara para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.
Bank memproyeksikan kontraksi produk domestik bruto (PDB) global sebesar 3,9% pada tahun 2020, sedikit lebih baik dari konsensus 4%, diikuti oleh ekspansi 6% pada 2021 yang juga lebih baik dari konsensus 5,2%.
Kemudian untuk tahun 2022, Goldman Sachs memprediksi ekonomi global bakal tumbuh 4,6% sementara konsensus yang dihimpun memproyeksi angka pertumbuhan bakal berada di 3,7%.
Goldman Sachs juga memperkirakan bahwa bank-bank sentral negara maju seperti the Fed, ECB (bank sentral Eropa) dan BoE (bank sentral Inggris) akan tetap mempertahankan stance dovish-nya untuk beberapa tahun ke depan sebelum meningkatkan suku bunga acuan pada 2025 nanti.