Ada Vaksin Pfizer & Joe Biden, Ekonomi Bakal 'Lompat'?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
10 November 2020 14:23
Goldman Sachs
Foto: Goldman Sachs (REUTERS/Lucas Jackson)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank investasi global Goldman Sachs melihat pola pemulihan ekonomi global masih membentuk kurva 'V', apalagi setelah tersiar kabar bahwa kandidat vaksin Covid-19 Pfizer memiliki tingkat keampuhan lebih dari 90% dan proyeksi Joe Biden menang pemilihan presiden AS.

Kemarin, raksasa farmasi asal AS itu mengumumkan bahwa kandidat vaksin mRNA buatannya yang bekerja sama dengan perusahaan Jerman BioNTech menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Berdasarkan analisis awal terhadap hasil uji klinis fase akhir vaksin tersebut teridentifikasi ada 94 peserta yang terpapar Covid-19 baik di kelompok uji maupun plasebo. Uji klinis tahap akhir tersebut melibatkan lebih dari 43.000 peserta.

Tak lama setelah Pfizer menyampaikan pernyataan, harga aset-aset ekuitas mengalami kenaikan. Harapan ekonomi akan pulih kembali membuat risk appetite investor meningkat.

Goldman Sachs juga melihat hal tersebut. Selain perkembangan vaksin Covid-19, bank investasi asal Negeri Paman Sam tersebut juga menyorot proyeksi kemenangan Joe Biden dari Partai Demokrat dalam kontestasi politik pemilihan presiden AS ke-46.

Dalam prospek ekonomi global Goldman 2021 yang diterbitkan pada akhir pekan lalu, para analis menyoroti bahwa agenda kebijakan fiskal Demokrat dapat mengalami hambatan karena mereka tampaknya tidak mungkin mendapatkan mayoritas di Senat.

Meskipun begitu, para analis masih mengharapkan penerapan paket fiskal sebesar US$ 1 triliun di AS yang berpotensi terjadi sebelum pelantikan Biden pada 20 Januari tahun depan.

Namun ada hal yang sejatinya menjadi pengganjal bagi prospek pertumbuhan ke depan. Kepala Ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius dan timnya juga melihat adanya gelombang baru infeksi virus Corona yang menyapu Eropa dan AS.

Hal tersebut akan mengakibatkan sejumlah ekonomi utama Eropa kembali menerapkan lockdown secara parsial. Hal ini menyebabkan perkiraan pertumbuhan global Goldman direvisi turun pada kuartal keempat dan kuartal pertama 2021.

Namun Goldman Sachs tetap yakin bahwa ekonomi global akan melampaui konsensus di antara para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.

Bank memproyeksikan kontraksi produk domestik bruto (PDB) global sebesar 3,9% pada tahun 2020, sedikit lebih baik dari konsensus 4%, diikuti oleh ekspansi 6% pada 2021 yang juga lebih baik dari konsensus 5,2%.

Kemudian untuk tahun 2022, Goldman Sachs memprediksi ekonomi global bakal tumbuh 4,6% sementara konsensus yang dihimpun memproyeksi angka pertumbuhan bakal berada di 3,7%.

Goldman Sachs juga memperkirakan bahwa bank-bank sentral negara maju seperti the Fed, ECB (bank sentral Eropa) dan BoE (bank sentral Inggris) akan tetap mempertahankan stance dovish-nya untuk beberapa tahun ke depan sebelum meningkatkan suku bunga acuan pada 2025 nanti. 

Pfizer menjadi pengembang vaksin Covid-19 pertama yang melaporkan hasil uji klinis tahap tiganya. Padahal ada 9 pengembang vaksin Covid-19 lain yang juga berada di fase yang sama.

Hasil yang menjanjikan membuat optimisme kebangkitan ekonomi dalam waktu dekat semakin meningkat.

Hanya saja para ilmuwan masih menyimpan segudang pertanyaan terkait rilis data awal vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech tersebut. Salah satu hal yang disorot adalah karakteristik dari infeksi yang dapat dicegah dengan vaksin, apakah hanya infeksi yang sifatnya ringan atau sampai yang parah.

Poin kedua yang tidak ada dalam detail analisa awal uji klinis tahap akhir tersebut adalah apakah kandidat vaksin ini mampu mencegah orang tanpa gejala atau gejala ringan dari menyebarkan virus Corona.

Detail lain yang tidak dijabarkan adalah seberapa efektif kandidat vaksin tersebut terhadap berbagai kelompok yang berbeda ketika dalam press rilis Pfizer menyebut 42% dari peserta memiliki ras dan etnis berbeda.

Pertanyaan terakhir yang jadi kunci utama bagi kandidat vaksin tersebut adalah seberapa lama bisa melindungi seseorang dari infeksi patogen ganas yang telah merenggut nyawa lebih dari 1,2 juta orang di planet bumi?

Semua pertanyaan-pertanyaan di atas harus dijawab dengan data dan berbagai pembuktian. Toh ini masih analisa awal dan studi masih akan berlangsung.

Pada akhirnya tingkat efficacy masih bisa turun lagi dan efektivitas di lapangan juga bakal lebih rendah karena bakal disuntikkan ke berbagai orang yang jumlahnya jauh lebih banyak dari peserta uji klinis.

Lagipula kalaupun sudah mendapat izin dari otoritas kesehatan terkait, pekerjaan rumah dalam hal memproduksi vaksin skala masal dan pendistribusian secara global juga harus diselesaikan sebelum kehidupan bakal normal kembali seperti sedia kala.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular