Internasional

Biden Presiden AS, Laut China Selatan Terancam Perang?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
09 November 2020 13:03
Rudal China Yuncheng meluncurkan rudal anti-kapal selama latihan militer di perairan dekat Pulau Hainan dan Kepulauan Paracel, China selatan. AP/Zha Chunming
Foto: Rudal China Yuncheng meluncurkan rudal anti-kapal selama latihan militer di perairan dekat Pulau Hainan dan Kepulauan Paracel, China selatan. AP/Zha Chunming

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah media barat menuliskan kekhawatiran soal kebijakan Presiden AS terpilih Joe Biden. Meski beberapa pengamat menyebutkan keyakinan akan hubungan yang lebih moderat, Biden bisa semakin meningkatkan tensi dengan China, terutama di Laut China Selatan (LCS).

Sebagaimana dikutip Express dari The New York Times, Biden telah memperingatkan akan bersikap keras terhadap China untuk memenangkan kursi presiden. Ini menimbulkan risiko sendiri apalagi dengan retorika terbaru yang dipakai China kini.



"Nada di militer (China) merefleksikan hawkish-nya Xi. Risiko dari propaganda itu bisa didefinisikan sebagai aksi provokatif lanjutan," kutip media Inggris itu dari NYP, akhir pekan kemarin.

"Tindakan militer baru-baru ini di Laut China Selatan dan Selat Taiwan meningkatkan kemungkinan bentrokan yang sebenarnya, disengaja atau tidak."



Meski begitu, pengamat dari Institut Hoover Universitas Stanford Liz Economy menuturkan mungkin akan ada perubahan dalam komitmen kepemimpinan AS di tangan Biden. Namun, Biden pasti akan merangkul sekutu dan aliansi AS untuk membahas strategi ke Beijing.

"Kalibrasi ulang hubungan AS-China yang dapat mencakup membangun kembali dialog bilateral dan menjelajahi area tujuan bersama untuk menghindari hubungan yang berkembang menjadi perang dingin," katanya.

AS dan China tegang terhadap banyak hal termasuk LCS. Beberapa kali adu mulut dilontarkan kedua belah pihak.

Klaim China akan 80% wilayah LCS menjadi alasan. AS masuk dengan dalih membela sekutu, seperti Filipina dan Taiwan.

Sebelumnya, pakar politik China, Prof Kerry Brown memperingatkan komunikasi antara militer China dan AS lebih buruk daripada AS dan Uni Soviet dalam Perang Dingin. Konflik adalah kemungkinan nyata.

"Benar-benar [konflik dapat terjadi] ... yang Anda butuhkan hanyalah satu pemicu atau lainnya untuk menciptakan rantai ketegangan," ujarnya.

China dan AS sebelumnya juga terlibat perang dagang di masa Trump. Kedua negara saling menerapkan tarif ke barang impor satu sama lain.


(sef/sef) Next Article Duh! Ada 'Ramalan' Perang Dunia III, Laut China Selatan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular