Berikut perolehan suara elektoral masing-masing kandidat dari beberapa negara bagian yang dilaporkan AP News, Minggu pagi (8/11/2020) waktu Indonesia:
Negara Bagian
1. Carolina Utara (15 suara elektoral)
Trump 50,1% (2.733.645 suara populer)
Biden 48,7% (2.658.274)
2. Georgia (16)
Biden 49,5% (2.463.889)
Trump 49,3% (2.454.729)
3. Arizona (11)
Biden 49,5% (1.630.127)
Trump 49% (1.611.414)
4. Florida (29)
Trump 51,2% (5.658.847)
Biden (47,9% (5.284.453)
5. Iowa (6)
Trump 53,2% (896.100)
Biden 45% (757.707)
6. Michigan (16)
Biden 50,6% (2.790.648)
Trump 47,9% (2.644.525)
7. Nevada (6)
Biden 50% (647.474)
Trump 47,8% (619.944)
8. New Hampshire (4)
Biden 52,8% (423.291)
Trump 45,6% (365.373)
9. Ohio (18)
Trump 53,4% (3.074.418)
Biden (45,2% (2.603.731)
10. Pennsylvania (20)
Biden 49,7% (3.350.884)
Trump 49,1% (3.313.529)
11. Texas (38)
Trump 52,2% (5.865.248)
Biden (5.217.656)
12. Wisconsin (10)
Biden 49,6% (1.630.570)
Trump 48,9% (1.610.030)
Sebelumnya sudah ada Colorado, Connecticut, Delaware, District of Columbia, Hawaii, Illinois, Maine, Maryland. Massachusetts, dan Minnesota serta negara bagian lainnya.
Sebagai catatan, sebanyak 538 elektor dibagi berdasarkan populasi 50 negara bagian plus Distrik Columbia. Seorang capres AS wajib meraih mayoritas absolut atau minimal 270 suara elektoral untuk menang.
Adapun negara bagian yang memiliki suara electoral terbanyak adalah California sebanyak 55, Texas 38, New York dan Florida masing-masing 29, dan Illinois serta Pennsylvania masing-masing 20.
Sepanjang kariernya sebagai politikus di AS membantunya mengumpulkan kekayaan yang luar biasa. Biden dan istrinya, Jill Tracy Jacobs memiliki kekayaan bersih US$ 9 juta atau Rp 127 miliar (asumsi Rp 14.214/US$), menurut perkiraan Forbes.
Kekayaannya didapatkan melalui politik, buku dan properti. Biden pertama kali mendapatkan gaji di bidang hukum dan berpraktik sebagai pengacara umum pada tahun 1960-an.
Dia segera bergabung dengan dunia politik ketika dia terpilih menjadi kursi dewan daerah di Delaware, yang dia lakukan di samping karier hukumnya. Pada tahun 1972, Joe melakukan langkah penuh ke politik untuk menjadi senator junior AS dari Delaware.
Di usia 30 tahun, Biden menjadi adalah senator termuda keenam dalam sejarah AS. Dia dilaporkan mendapat gaji tahunan sebesar US$ 42.752 (Rp 607 juta) atau setara dengan lebih dari US$ 197.319 (Rp 2,8 miliar) sekarang.
Joe terus bekerja di senat hingga 2009 dan gajinya meningkat menjadi US$ 169.731 (Rp 2,4 miliar) pada saat dia keluar dari Senat. Setelahnya Biden mengambil peran sebagai Wakil Presiden untuk Barack Obama.
Dia memegang posisi itu dari 2009 hingga 2017 dan mendapatkan gaji yang mengesankan sebesar US$ 224.993 (Rp 3,1 miliar).
Selain membangun kekayaannya dari kariernya, Joe menambah saldo banknya dengan bukunya berjudul "Promises to Keep: On Life and Politics". Selain penjualan buku, dia menerima lebih dari US$ 78.945 (Rp 1,1 miliar) dalam bentuk royalti dan hak buku audio.
Kandidat presiden juga memperoleh kekayaan dari royalti yang diterima dari pidato. Dia juga memiliki sedikit kekayaan dari properti yang telah dia beli. Menurut Forbes, dia memiliki sekitar US$ 3,9 juta (Rp 56,1 miliar)
Setidaknya ada lima orang terkaya AS yang memberikan dukungan ke Biden. Bahkan sumbangan yang mereka beri US$ 160,4 juta atau sekitar Rp 2,2 triliun.
Mereka antara lain:
1. Steve & Connie Ballmer
Pasangan ini memiliki harta kekayaan US$ 69,7 miliar atau sekitar Rp 975 triliun lebih. Steve merupakan mantan CEO Microsoft, yang juga pemilik klub bola basket LA Clippers.
Sumbangan ke Biden diberikan lewat istrinya, yaitu Connie Ballmer dengan nilai lebih dari US$ 100.000 atau sekitar. Selain itu, selama tahun ini, Connie telah menyumbang US$ 510.000 untuk kampanye Partai Demokrat.
2. Jacqueline Mars
Wanita ini memiliki kekayaan US$ 28,9 miliar atau sekitar Rp 404 triliun. Dia adalah pemilik perusahaan Mars, produsen cokelat dan permen.
Sumbangan tercatat yang dia berikan untuk Biden hanya US$ 1.000. Namun lewat anaknya, keluarga ini banyak menyumbang untuk Partai Demokrat dan Joe Biden.
3. Jim & Marilyn Simons
Pasangan ini memiliki harta US$ 23,5 miliar atau sekitar Rp 329 triliun. Jim merupakan pendiri perusahaan teknologi di AS bernama Renaissance Technologies.
Dalam catatannya, pasangan ini menyumbang US$ 2.800 untuk mengukung Biden dalam Pilpres, lalu US$ 978.400 untuk program Biden Aciton Fund, kemudian US$ 100.000 untuk Biden Victory Fund, lalu US$ 3 juta untuk Unite the Country, dan US$ 4 juta untuk Priorities USA Action.
Sejak 2019, pasangan ini tercatat mendonasikan lebih dari US$ 20 juta untuk politik.
4. Leonard Lauder & Judith Glickman Lauder
Pasangan ini memiliki kekayaan US$ 19,7 miliar atau sekitar Rp 276 triliun. Leonard menjalankan bisnis kosmetik keluarganya bernama Estee Lauder.
Untuk mendukung Biden sebagai presiden di Pilpres, pasangan ini menyumbang hanya US$ 2.800. Tapi lewat anak-anaknya, pasangan ini banyak menyumbang uang untuk Partai Demokrat di AS selama kampanye berlangsung.
5. Laurene Powell Jobs
Wanita mantan istri pendiri Apple, Steve Jobs ini memiliki harta US$ 18,6 miliar atau sekitar Rp 260 triliun.
Dia menyumbang US$ 2.800 untuk Biden dalam PIlpres, dan juga US$ 710.600 untuk Biden Victory Fund.
Sejak 2019, Laurene tercatat telah berkontribusi lebih dari US$ 1,5 juta untuk Pertai Demokrat.
Biden memiliki sejumlah rencana kerja di masa kepemimpinannya. Di antaranya yang paling menonjol adalah kembali bergabung dengan Paris Agreement dan membuat satuan tugas (Satgas) corona (Covid-19) di AS.
Ia juga berjanji akan kembali bersama WHO. Sebelumnya petahana Trump memutuskan keluar dari organisasi itu.
Biden juga disebut akan mencabut larangan imigrasi dari beberapa negara Muslim dan memperluas hak suaka di Amerika Latin. Ia juga disebut akan mempercepat tindakan soal perumahan, tenaga kerja, pengendalian senjata, reformasi pemerintah hingga dukungan ke kelompk LGBT.
Secara khusus terpilihnya Biden sebagai presiden terpilih AS diyakini akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan energi Paman Sam. Apalagi Biden dikenal dengan kebijakan yang kontra terhadap bahan bakar fosil.
Ia akan menggunakan 100% energi yang bersih dan zero emission pada 2050 nanti. Dengan rencana anggaran mencapai US$ 2 triliun, Biden akan mengalokasikannya untuk mendorong investasi di bidang infrastruktur, kendaraan listrik, energi terbarukan, bangunan yang efisien dan di bidang pertanian dan konservasi.
Lantas, bagaimana dengan nasib bahan bakar fosil terutama minyak dan batu bara?
Biden memang punya impian untuk mewujudkan energi ramah lingkungan. Namun kecil kemungkinannya ia akan langsung mampu memboikot industri migas yang strategis bagi AS.
Sebagai informasi, sebelum 2016 produksi minyak AS per harinya hanya 5 juta barel per hari (bph). Kemudian, setelah revolusi teknologi fracking digunakan oleh AS dan industri minyak serpih (shale oil) berkembang, output emas hitam Paman Sam melonjak dua kali lipat.
Lonjakan produksi minyak yang signifikan tak hanya membuat AS menjadi mandiri energi serta net eksportir, tetapi juga membuat pasokan global menjadi berlimpah. Alhasil, harga minyak anjlok secara signifikan.
Produksi minyak mentah AS bisa mencapai 13 juta bph. Namun jika menghitung semua jenis minyak termasuk produk kilang yang berarti turunan produk minyak tersebut maka volume produksinya mencapai 18 juta-19 juta bph.
Batu bara juga adalah salah satu sumber energi primer paling laku di dunia. Namun masa depan si batu hitam sepertinya kurang cerah, karena di cap sebagai energi yang kurang ramah lingkungan.
Banyak analis menilai terpilihnya Biden akan membuat masa depan batu bara semakin suram. Dalam masa kampanye, Biden konsisten mengedepankan program pengurangan penggunaan energi fosil yang tidak ramah lingkungan, tentunya termasuk batu bara.
"Joe Biden tidak hanya akan kembali berkomitmen kepada Kesepakatan Paris, tetapi lebih dari itu. Biden akan memimpin upaya agar negara-negara besar meningkatkan ambisi mereka untuk mencapai target-target terkait penanganan perubahan iklim," sebut laman visi-misi Biden.