Covid-19 di Indonesia

Covid Renggut 14 Ribu Jiwa, Pemerintah Ngaku Tangani Serius!

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
05 November 2020 15:05
Komisaris Independen BCA Raden Pardede (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Komisaris Independen BCA Raden Pardede (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) Raden Pardede, buka suara mengenai angka kasus covid-19 di Indonesia. Indonesia dianggap masih jauh lebih baik dari kondisi yang dialami negara-negara besar lainnya, dan pemerintah sangat serius mengatasi pandemi.

Data Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa kasus baru harian pada Rabu (4/11/2020) tercatat 3.356 orang sehingga totalnya menjadi 421.731 orang. Sedangkan total kematian mencapai 14.259 orang.

"Contoh bahwa kasus di Indonesia ini sekarang hampir 400 ribu, kita bandingkan dengan Amerika itu mencapai 8 juta lebih, India 7,5 juta, Brasil 5 juta, Rusia 1,5 juta, itulah perbandingan kita itu sebagai contoh," ujarnya dalam acara bertajuk 'Transformasi Ekonomi: Momentum Menuju Indonesia Maju dan unggul' yang diadakan di Universitas Islam Bandung (Unisba), Kamis (5/11/20).

"Demikian juga kalau kita bandingkan dengan tingkat kematian, kita tentu sangat bersedih dan sangat concern terhadap tingkat kematian kita yang jumlahnya 13.000 sekarang ini. Tapi kalau kita bandingkan dengan negara lain, kita bisa melihat bahwa kita itu not bad," ucapnya.

Menurutnya, dengan kematian dampak covid-19 berjumlah 14.000 itu mestinya bisa lebih rendah atau diupayakan untuk ditekan seminimal mungkin. Pemerintah sangat serius merespons dalam pengendalian covid-19.

"Tapi kita juga harus membandingkan dengan negara lain. Itulah yang bisa kita bandingkan," bebernya.

Dia menegaskan bahwa umat manusia di bumi ini tidak terkecuali di mana mereka berada, semua negara menghadapi pandemi COVID-19 ini. Penularan yang signifikan memang dapat menyebabkan kematian serta berdampak luas terhadap perekonomian, pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja dan juga kemiskinan.

"Jadi semua dunia mengalami kesengsaraan akibat dari covid-19 ini. Kalau kita bicara sejarah lebih lanjut kita menemukan bahwa peristiwa pandemi ini yang berulang kembali. Skala pandemi besar terjadi hampir semua abad. Indonesia tidak luput dari shock yang jarang terjadi ini," tuturnya.

Dikatakan, hampir semua negara merespons pandemi covid-19 ini dengan caranya masing-masing, tidak ada yang sama. Artinya, masing-masing negara melakukan respons sesuai ukuran negaranya.

"Jadi tidak bisa disamakan antara negara kecil dengan negara besar. Geografinya tidak bisa dibandingkan dengan negara kepulauan seperti kita dengan negara daratan. Jumlah penduduknya yang berbeda, jumlah penduduk kita dengan New Zealand tentu nggak bisa dibandingkan. Mereka mungkin penduduknya hanya 4 juta kita 270-an juta lebih."

"Kemudian sistem pemerintahan pun yang dianut berbeda-beda mengakibatkan reform yang berbeda. Namun jelas pemerintah Indonesia pun merespons secara serius tapi juga sambil belajar," ujarnya.

Pada 2 November lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengaku bersyukur lantaran kasus aktif Covid-19 RI yang tercatat 13,78% lebih rendah dari rata-rata dunia 25,22%.

"Ini yang harus terus ditekan sehingga angka 13,78% ini bisa kita perkecil lagi," katanya.

Menurut Jokowi, tingkat kesembuhan semakin membaik. Saat ini persentase-nya 82,84%, sementara rata-rata dunia 72%. Hal itu, kata kepala negara, dapat ditingkatkan lagi. Sedangkan tingkat kematian Indonesia masih di level 3,38% atau lebih tinggi dari rata-rata dunia yang berada di level 2,5%.

"Ini yang patut untuk menjadi perhatian kita semuanya," ujar Jokowi.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada! Kasus Positif Covid-19 di RI Lewati 200.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular