Biang Kerok RI Masuk Resesi: Lemahnya Daya Beli

Lidya Julita Sembiring-Kembaren, CNBC Indonesia
05 November 2020 12:23
Petugas Swalayan mengecek buah dan sayuran di Supermarket Kawasan Tangerang Selatan, Kamis (20/02/2020). Pemerintah berupaya melakukan peningkatan produksi buah-buahan dalam negeri dan diharapkan tidak hanya dilakukanuntuk mendongkrak ekspor. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Pasar Swalayan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumsi rumah tangga masih loyo pada kuartal III-2020. Ini yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap di zona negatif.

Pada Kamis (5/11/2020), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan output ekonomi Indonesia yang diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif 3,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Indonesia membukukan kontraksi PDB dalam dua kuartal beruntun, sehingga sah masuk jurang resesi.

Penyebab utama kontraksi ekonomi adalah kelesuan konsumsi rumah tangga, yang menyumbang 57% dalam pembentukan PDB. Pada kuartal III-2020, konsumsi rumah tangga tumbuh negatif 4,04%.

"Berdasarkan sumber pertumbuhan, maka konsumsi rumah tangga pada triwulan III adalah sumber kontraksi terdalam. Ini disadari karena bobot konsumsi rumah tangga sekitar 57% dan dia terkontraksi 4%," jelas Suhariyanto, Kepala BPS.

Sejumlah indikator yang menandakan kelesuan konsumsi adalah pertumbuhan penjualan eceran yang terkontraksi 9,64%. Kemudian impor barang konsumsi terkontraksi 9,12%.

Sementara kontributor kedua terbesar dalam pembentukan PDB yaitu investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) terkontraksi 6,48%. Meski masih negatif, tetapi membaik ketimbang kuartal II-2020 yang -8,61%.

Kemudian ekspor mengalami pertumbuhan negatif 10,82%. Ekspor barang tumbuh negatif 5,58% sedangkan ekspor jasa anjlok 51,57% karena penurunan jumlah wisatawan.

Sementara impor, yang merupakan faktor pengurang dalam PDB, tumbuh negatif 21,86%. Impor barang turun 18,95% dan impor jasa ambles 40,16%.

Satu-satunya kontributor PDB dari sisi pengeluaran yang tumbuh positif adalah konsumsi pemerintah, yang naik 9,76%. "Pertumbuhan ini terjadi karena kenaikan realisasi bansos serta belanja barang dan jasa," sebut Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.


(aji/aji) Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular