
Trump Didukung Richard, Biden Disokong Barbara, Siapa Juara?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS) tinggal menunggu hitungan jam. Setiap masyarakat AS memiliki pilihan presidennya masing-masing. Namun jajak pendapat yang dilakukan oleh New York Times dan Siena College menunjukkan hasil yang menarik.
Survei yang dilakukan terhadap lebih dari 17.000 pemilih di 18 negara bagian sejak September tersebut menunjukkan bahwa 10 nama depan warga AS yang cenderung mudah ditemukan alias pasaran baik laki-laki maupun perempuan memiliki preferensi terhadap salah satu calon.
Misalnya untuk nama laki-laki, warga AS yang juga pemilih dalam pemilu bernama depan Richard mayoritas mengunggulkan petahana Donald Trump dari Partai Republik. Dari 10 nama depan warga AS untuk jenis kelamin pria tadi hampir semuanya lebih mendukung Trump. Terlihat 8 dari 10 nama depan yang terasosiasi dengan jenis kelamin laki-laki alam survei tersebut cenderung memfavoritkan Trump.
Sementara dua nama lain yang terasosiasi dengan laki-laki yakni Christopher dan Joseph, preferensinya terhadap calon presiden terbelah dengan seimbang.
Beralih ke perempuan, masyarakat AS bernama depan Nancy tampaknya adalah pengagum Presiden AS ke-45 Donald Trump. Hal ini terlihat dari hasil polling yang menunjukkan bahwa 57% orang bernama Nancy memilih Donald Trump.
Sementara itu pengagum kandidat dari Partai Demokrat) paling banyak untuk pemilih berjenis kelamin perempuan bernama Barbara dan Karen. Sebanyak enam dari sepuluh orang bernama Barbara dan Karen memilih Joe Biden untuk menjadi Presiden AS empat tahun ke depan.
Kalau Donald Trump didukung Richard, sementara Joe Biden disokong oleh Barbara dan Karen, lantas siapa yang bakal menang?
Berbagai survei sampai saat ini masih mengunggulkan Joe Biden mantan wakil presiden era Barrack Obama yang bakal naik ke tampuk kepemimpinan tertinggi AS. Survei yang dilakukan oleh Real Clear Politics dan Associated Press pada 25 Oktober lalu menunjukkan bahwa dari 14 negara bagian, Trump hanya menang di Ohio dan Texas.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, persaingan pun berjalan dengan makin sengit. Berdasarkan survei terbaru Biden masih tetap diunggulkan. Namun margin antara kedua belah pihak menjadi semakin menipis.
Donald Trump yang tadinya hanya diunggulkan di Ohio dan Texas, per 2 November kemarin menjadi unggul di Georgia, Iowa dan North Carolina. Trump berhasil menyalip Biden.
Biden tampaknya memiliki keunggulan yang layak di Michigan, Pennsylvania dan Wisconsin yang merupakan tiga negara bagian yang dulunya dimenangkan oleh Partai Republik dengan margin kurang dari 1% pada pemilu 2016.
Namun tim kampanye Trump mulai mengkhawatirkan tiga negara bagian yang membuat Trump menak telak empat tahun lalu yaitu Iowa, Ohio dan Texas. Margin kemenangannya di tiga negara bagian itu pada 2016 mencapai 8-10%, tetapi saat ini terlihat lebih kecil.
Itulah salah satu alasan mengapa beberapa analis politik menilai peluangnya untuk terpilih kembali serendah keadaannya. Namun kondisi perpolitikan yang dinamis, dibarengi dengan sistem pemilu yang menggunakan metode electoral college membuat pesta demokrasi empat tahun sekali di AS ini bisa penuh kejutan.
Sebagai informasi, pada 3 November nanti masyarakat AS akan memilih para elektor yang jumlahnya akan mencapai 538. Nantinya di bulan Desember para elektor ini yang akan memilih Presiden.
The Economist berpendapat bahwa Biden sangat mungkin mengalahkan Trump sementara FiveThirtyEight, sebuah situs analisis politik, melihat Biden lebih diunggulkan untuk memenangkan pemilihan, tetapi mengatakan presiden masih bisa menjadi yang teratas.
Kalau melihat pada pemilu 2016 silam, banyak sekali pihak yang mengunggulkan Clinton untuk menang. Namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Lantas siapakah yang akan memenangkan pemilu AS kali ini, mari kita saksikan saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Update Pemilu Paruh Waktu AS: Partai Republik Unggul
