Wow, PLN Akhirnya Terbitkan Sertifikat Energi Baru Terbarukan

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
02 November 2020 19:50
Direktur utama pln zulkifli zaini. (PLN)
Foto: Direktur utama pln zulkifli zaini. (PLN)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) menerbitkan Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate (REC) sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT).

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan sertifikat energi terbarukan (REC) merupakan instrumen berbasis pasar yang menyatakan bahwa pemegang sertifikat menggunakan satu mega watt hour (MWh) listrik dari sumber-sumber energi terbarukan.

Dengan sertifikat ini, konsumen bisa mengklaim penggunaan EBT dan komitmennya untuk berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

"Kami terus berkomitmen mengembangkan layanan REC agar setiap unit sertifikatnya terjamin validitas dan transparan. Kami berharap kepemilikan REC jadi gerakan nasional karena ini bukti penggunaan EBT," ujarnya kepada wartawan, Senin (02/11/2020).

Pada tahap awal, imbuhnya, PLN telah mendaftarkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang di Garut, Jawa Barat dengan kapasitas 140 MW dan berpotensi dapat menghasilkan REC sebanyak 993.000 per tahun.

"Penerbitan REC diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pembangkit EBT untuk memenuhi target bauran nasional sebesar 23% pada 2025, serta sebagai tanggung jawab PLN untuk menyediakan listrik bagi generasi saat ini dan mendatang," tuturnya.

Menurutnya, PLN percaya bahwa REC akan memenuhi kebutuhan dari sektor komersial dan industri. Salah satu dasarnya adalah munculnya inisiatif seperti RE100 yang beranggotakan lebih dari 250 perusahaan global yang memiliki pabrik dan mitra rantai pasokan mereka di Indonesia dan berkomitmen untuk menggunakan 100% energi terbarukan dalam beberapa tahun ke depan.

Untuk memastikan produk REC mengikuti standar internasional dan bermutu tinggi, PLN bekerja sama dengan beberapa mitra, termasuk dengan penyedia sistem pelacakan (tracking system) dengan standar internasional, APX Inc.

Selain itu, PLN juga bekerja sama dengan Clean Energy Investment Accelerator (CEIA), suatu kemitraan inovatif publik-privat yang mempercepat transisi menuju energi bersih melalui penciptaan permintaan akan energi bersih dari sektor komersial dan industri, pembukaan akses terhadap pembiayaan energi bersih, serta bekerja dengan pemerintah untuk memperkuat kebijakan yang dapat meningkatkan investasi dan ketersediaan energi bersih.

Sementara itu, Direktur Mega Project PLN Muhammad Ikhsan Asaad menyebut bahwa semua pelanggan pengguna EBT bisa memperoleh REC ini, baik pelanggan industri, pelanggan komersial, dan pelanggan rumah tangga.

"Untuk mendapatkan sertifikat ini, tidak perlu syarat, hanya mengajukan permohonan saja melalui website PLN atau kontak 123 (call center)," tuturnya.

Dia menyebut, dengan memiliki REC, bila sebuah perusahaan pengguna EBT akan mengekspor produknya ke luar negeri, maka bisa menyampaikan perusahaannya sudah menggunakan EBT dan menunjukkan sertifikat energi terbarukan ini.

"Semuanya boleh, bisa disampaikan, misal mau ekspor ke luar, bisa menyampaikan perusahaannya sudah menggunakan renewable energy," ujarnya.

Seperti diketahui, pemerintah menargetkan bauran EBT sebesar 23% pada 2025. Namun, sampai akhir 2019 capaiannya baru sekitar 9,15%. Artinya, banyak tantangan yang akan dihadapi pemerintah untuk bisa mengejar target bauran energi 23% tersebut.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) F.X. Sutijastoto mengatakan pemerintah akan melakukan sejumlah upaya agar target bauran EBT 23% pada 2025 seperti tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dapat tercapai.

Salah satunya yaitu berupaya menurunkan biaya energi baru terbarukan sehingga tarif EBT nantinya bisa masuk secara skala keekonomian yang wajar.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pandemi, Bagaimana Nasib Pengembangan Program EBT PLN?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular