
Ekonomi AS Lompat 33%, tapi Jangan Senang Dulu!

Lalu, jangan lupa bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut adalah berkah dari "rekayasa kebijakan makro" pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Sebagaimana kita ketahui, saat ini semua negara berlomba menyintukkan stimulus untuk memompa perekonomian.
Di Negara Adidaya, konsumsi masyarakat merupakan penyumbang utama PDB dengan kontribusi hingga 70%. Jika konsumsi masyarakat anjlok, maka anjlok pula lah perekonomian mereka.
Nah, kita tentu masih ingat dengan stimulus berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar US$ 1.200 per kepala keluarga AS sejak Juli lalu, serta subsidi untuk perusahan swasta agar tetap memperkerjakan karyawannya, demikian juga tunjangan pengangguran.
Itulah yang menjadi pendorong pertumbuhn konsumsi, di atas kertas. Stimulus tersebut kini sudah habis masa berlakunya, sudah tiris. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) jauh-jauh hari telah mengingatkan pemulihan ekonomi lanjutan hanya terjadi jika stimulus kedua cair.
Jika tidak ada stimulus lanjutan, maka rekayasa pertumbuhan konsumsi masyarakat tersebut bakal hilang, dan tampaklah kondisi perekonomian sebenarnya. Tak ada lagi stimulus, maka terganggulah laju konsumsi.
Tanpa stimulus, lubang-lubang dalam ekonomi AS akan menganga. Lubang pertama berasal dalam sumber pemasukan masyarakat AS, yakni 22 juta lapangan kerja, yang tercatat hilang per Maret akibat pandemi. Lubang kedua berupa angka pengangguran yang masih mencapai 7,9% atau nyaris dua kali lipat dari tingkat pengangguran sebelum pandemi.
Lubang ketiga berasal dari kian tipis "dana jaga-jaga" masyarakat AS guna menghadapi situasi yang berat. Ini terindikasi dari dana tabungan masyarakat di perbankan AS yang ddi level 15,8%, atau anjlok dari posisi kuartal II-2020 sebesar 25,7%.
Sejauh ini, sayangnya, stimulus tahap kedua masih alot jadi perdebatan politik antara Gedung Putih dan Partai Demokrat selaku oposisi. Jika ini berlarut-larut, maka kontraksi ekonomi bakal terlihat kembali pada kuartal keempat tahun ini.
Jika ekonomi AS anjlok lagi, maka ekonomi dunia tinggal menunggu hari untuk mengikuti. Jadi, ada baiknya kita ikut memantau laga Trump versus Joe Biden, meski tak ikut memilih. Siapa yang menang, maka nasib stimulus bakal berada di tangan dia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)[Gambas:Video CNBC]